Dampak Orang Tua Terlalu Sering Berkata 'Jangan, Nanti Kotor' pada Anak

Kamis, 15 September 2016 | 15:26 WIB Penulis : Erni Wulandari


Jangan, nanti kotor.' Kalimat larangan semacam itu jangan sering diucapkan pada anak. Sebab dampaknya anak bisa jadi 'jijikan' alias takut kotor.

Padahal dunia anak adalah dunia bermain, apalagi untuk anak-anak balita, mereka sedang sibuk-sibuknya bereksplorasi. Nah, salah satu konsekuensinya adalah mudah terkena kotoran. Jika anak 'dikekang' dengan peringatan 'awas kotor' bisa membuat anak takut bereksplorasi.
"Orang tua selalu bilang 'jangan nanti kotor', atau 'jangan naik-naik, nanti jatuh,' padahal semua pengalaman itu adalah pengalaman yang penting.

Sebaliknya dengan memberi kesempatan anak bereksplorasi maka anak menghadapi tantangan dan berusaha mencari penyelesaiannya. Dengan menaklukkan tantangan maka anak akan memiliki kematangan sensoris. Dampaknya kemampuan anak terkait baca tulis, memusatkan perhatian atau fokus, akan lebih mudah.

"Buat anak-anak kalau dapat kesempatan eksplorasi yang cukup sebenarnya indra-indra bisa optimal termasuk kemampuan sensorisnya," lanjutnya. Membiarkan anak mengeksplorasi lingkungan juga bukan berarti membiarkannya begitu saja, tentu pengawasan orang tua tetap diperlukan. Karena bagaimanapun anak kecil belum tahu mana hal yang membahayakan dirinya dan yang tidak. Yang perlu diingat mengawasi tidak sama dengan mengekang.

Sebaliknya, anak yang kemampuan sensorisnya tidak matang sering kali mengalami masalah akademis. Untuk mengatasi ketidakmatangan sensoris yang berimbas pada munculnya masalah lain maka bisa diatasi dengan terapi sensoris.

Lalu kapan anak butuh terapi sensoris? Menurut perempuan yang akrab disapa Ela, perlu ada tes terlebih dahulu. Selanjutnya terapis akan memberi terapi sensoris intergrasi. Tapi perlu diingat, masalah sensoris bukan berdiri sendiri, sehingga bisa membutuhkan campur tangan pihak lain.

"Jadi kalau asa masalah akademik, pelu bantuan dari akademik, atau bantuan orang tua kalau ada masalah pola asuh. Jadi memang harus integratif biar nggak harus satu sisi aja.

Jika hasil tes menunjukkan ada masalah sensoris, sehingga anak jadi under sensitive atau over sensitive, maka akan diberikan berbagai latihan tergantung masalahnya. "Misalnya kalau ada masalah keseimbangan, itu latihannya dengan trampolin. Yang sesederhana itu. Kalau sensoris, maka diberi berbagai jenis perabaan.

 

Sumber : health.detik.com

Artikel Lainnya

Bayi memiliki berbagai reaksi ketika diletakkan menghadap ke bawah di lantai. Sampai bayi mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk mengangkat kepala sendiri, banyak bayi yang menunjukkan rasa tid...

Meski sudah merencanakan selang waktu kehamilan, ternyata masih bisa juga kesundulan. Berikut ini penyebabnya. 1. Salah Hitung Ovulasi Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan dalam masa subur. K...

Pilihan popok bayi kini kian banyak ragamnya. Selain popok sekali pakai atau yang sering disebut pospak, Anda juga bisa memilih clodi atau cloth diaper sebagai alternatif. Clodi adalah popok kain y...

Menangis adalah hal pertama yang dilakukan bayi saat lahir ke dunia. Bukan sekadar tangisan biasa, tapi sering kali terdengar seperti jeritan yang sangat keras. Namun, tangisan ini justru membawa keba...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................