Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mengajari Anak Puasa

Senin, 13 Juni 2016 | 10:39 WIB Penulis : Erni Wulandari


Ibadah puasa adalah ibadah wajib sekaligus amalan utama dalam agama Islam. Untuk itu, sedini mungkin orangtua mengajarkannya pada anak. Sayangnya, meski bermaksud baik agar anak bisa berpuasa secara penuh, dari Subuh hingga Magrib, adakalanya cara-cara yang dilakukan orangtua kurang tepat.

1. Memaksa anak.

          Saat mengajarkan berpuasa pada si prasekolah, ajaklah dengan cara menyenangkan. Pilih kata-kata positif, tidak menyuruh, tidak membentak dan jangan membuat anak terpaksa melakukannya. Jika buah hati masih susah dibangunkan sahur, tak perlu dipaksa. Tip buat Bunda, jika anak sudah tertarik melakukan puasa, di malam sebelumnya, kita harus sudah memberi tahu bahwa ia harus bangun lebih awal untuk melakukan sahur bersama. Lalu, agar anak tidak susah dibangunkan sahur, minta ia untuk tidur lebih cepat dari biasanya,

   Ingat ya Bunda, hal yang terpenting agar anak mau belajar berpuasa adalah member stimulasi dengan hal-hal yang menyenangkan dan jangan pernah memaksa atau menyuruhnya. Ingat, di usia prasekolah, puasa sifatnya hanyalah pengenalan. Oleh sebab itu, bebaskan anak melakukan puasa atas kemauannya sendiri.

2. Hindari Meminta Anak untuk Berpuasa Secara Full.

 

          Jangan langsung meminta anak berpuasa secara full. Dari Subuh sampai Magrib, meski secara fisik anak terlihat mampu. Sebaiknya mengajarkan puasa secara bertahap. Misalnya berpuasa 3 - 4 jam. Lalu ketika Bunda merasa si prasekolah cukup kuat berpuasa, lanjutkan hingga pukul 10.00 lagi, perpanjang secara bertahap hingga pukul 12.00 (waktu zuhur). Lakukan ini di tahun pertama puasanya. Penerapan secara bertahap ini merupakan salah satu proses pembelajaran bagi anak. Bila ditambah dengan informasi mengenai manfaat dan pengertian puasa dari orangtua, diharapkan di tahun berikut, anak akan mau dengan sendirinya untuk melakukan puasa seharian penuh.

3. Lupa Menghargai usaha Anak Sekalipun Ia Gagal.

          Sering kali si prasekolah mengatakan ia ingin berpuasa sehari penuh, tapi ternyata puasanya “bolong”. Karena menjelang siang, ia sudah minta makan. Jangan patahkan semangatnya dan mengejek "kekalahannya". Tetap hargai usahanya untuk berpuasa, sambil terus dibimbing untuk melakukan puasa yang benar.

4. Salah Memberikan reward

          Jangan sepelekan reward buat anak, sekalipun ia hanya bisa berpuasa beberapa jam. Banyak ahli sepakat, memberikan hadiah pada anak yang bisa menyelesaikan puasanya dengan baik merupakan salah satu cara  efektif. Penghargaan seperti ini akan memacu anak untuk mau melakukan puasa sama seperti kedua orangtuanya dan tidak akan membuatnya  materialistis. Sebab, ada kebanggaan pada diri anak bisa mendapatkan sesuatu dari hasil jerih payahnya sendiri dan bisa dibanggakannya kepada orang lain.

   Hadiahnya tak perlu mahal dan jangan mengimingi-imingi hal yang di luar kemampuan anak. Misal, kalau anak bisa berpuasa seharian penuh selama bulan Ramadan, akan diberi sepeda. Ingat, si prasekolah masih dalam tahap belajar berpuasa, jadi cukup beri target pendek. Kalau bisa menyelesaikan puasa setengah hari selama beberapa hari, umpama, ia akan mendapat  menu buka puasa favoritnya. Hal ini bisa memacu semangatnya untuk berpuasa.

5. Tidak Memberikan Teladan.

          Orangtua adalah contoh dan semangat pendorong bagi setiap anak-anaknya. Termasuk dalam hal berpuasa. Oleh sebab itu, hindari menunjukkan “penderitaan” dan rasa lemas Mama Papa ketika berpuasa. Sebaliknya, tunjukkan puasa itu menyenangkan. Tetap jalani aktivitas kita  seperti biasa, agar si prasekolah bisa melihat bahwa puasa tidak akan mengganggu apa pun. Dengan demikian, di kemudian hari, ia pun  termotivasi untuk tidak bermalas-malasan dan tetap semangat ketika berpuasa.

6. Tidak Memantau kesehatannya.

          Terutama jika ini adalah tahun pertama atau tahun kedua si prasekolah berpuasa. Kondisi fisik tiap anak berbeda-beda. Ada yang baru belajar puasa, langsung bisa setengah hari. Namun ada yang tidak. Yang pasti lihat kondisinya. Kalau memang kondisi fisik si kecil tidak memungkinkan, ia tampak lemas, mata cekung, atau ada kondisi fisik lain yang mengkhawatirkan, kita harus memintanya untuk berbuka. Biarkan ia makan cukup. Apabila ia kuat untuk melanjutkan puasa, perbolehkan ia puasa. Namun jika tidak, jangan dipaksakan.

          Sekali lagi, pembelajaran berpuasa bergantung pada kesiapan buah hati.  Mohon diingat, belum ada kewajiban bagi anak-anak TK atau SD yang belum akil balig untuk berpuasa. Untuk itu semestinya latihan berpuasa ini dibuat fun dan berkesan sehingga saat tiba kewajiban mereka berpuasa di bulan Ramadan, kewajiban itu bisa dijalankan dengan ikhlas, ringan dan gembira. Selamat menjalankan ibadah puasa.

 

Sumber : Nakita

Artikel Lainnya

Menyaksikan pesatnya pertumbuhan si Kecil dari hari ke hari memang membahagiakan ya, Moms? Namun, seiring pertambahan usianya, anak-anak akan cenderung lebih kritis. Dengan keingintahuannya yang besar...

Sistem visual anak dapat berkembang pesat selama usia 7 hingga 10 tahun, pertumbuhan usia anak ini memungkinkan cahaya lewat bolak-balik antara otak dan saraf optik menjadi berkembang. Amblyopia, y...

Rasa fennel (adas) sering disebut mirip dengan rasa black licorice. Fennel essential oil (minyak esensial/minyak atsiri adas) dikenal sebagai bahan yang mampu meningkatkan kesehatan pencernaan. ...

Defisiensi atau kekurangan vitamin D menjadi persoalan yang mengancam anak Indonesia. Selain menghambat pertumbuhan dan memicu penyakit tulang, defisiensi vitamin D juga mendorong timbulnya penyakit l...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................