Anak Sering Sakit Perut? Waspadai Gejala GERD!

Senin, 29 Maret 2021 | 17:30 WIB Penulis :


Hal yang umum bila bayi gumoh setelah makan atau menyusui. Ludah kecil itu disebut gastroesaphogeal reflux atau GER. Tetapi, muntah yang berhubungan dengan ketidaknyamanan dan kesulitan makan hingga penurunan berat badan pada bayi dapat disebabkan oleh sesuatu yang lebih serius yang dikenal sebagai GERD (gastroesphageal reflux disease, atau penyakit refluks gastroesofageal).

Menurut media kesehatan terkemuka, WebMD, baik GER dan GERD dapat menyebabkan pergerakan isi lambung ke atas, termasuk asam (acid), ke kerongkongan dan terkadang ke dalam atau keluar dari mulut. Sering kali, muntah itu berulang. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut ditandai oleh tingkat keparahan dan efek yang bertahan lama. Anak-anak yang lebih besar juga dapat menderita GERD.

GERD pada Bayi dan Anak-anak

Sebuah artikel tentang perbedaan gumoh dan muntah pada bayi di situs resmi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), menyatakan bahwa, sebagian besar muntah bayi merupakan hal yang abnormal. Muntah dapat merupakan gejala tanda penyakit refluks atau GERD (gastroesphageal reflux disease), sumbatan usus, infeksi telinga, infeksi usus, infeksi paru, radang otak, atau alergi protein.

WebMD menjelaskan, seringnya, refluks pada bayi disebabkan oleh saluran pencernaan yang tidak terkoordinasi dengan baik. Banyak bayi dengan GERD dinyatakan sehat, namun beberapa bayi dapat mengalami masalah yang memengaruhi saraf, otak, atau otot mereka. Menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse, sistem pencernaan anak yang belum matang biasanya menjadi penyebabnya dan kebanyakan bayi berhenti mengalami hal tersebut pada ulang tahun pertamanya. Menurut WebMD, kurang dari 5% bayi yang akan terus mengalami gejalanya setelah balita.

Pada anak-anak yang lebih besar, penyebab GERD seringkali sama dengan yang terlihat pada orang dewasa. Selain itu, anak yang lebih besar berisiko tinggi terkena GERD jika mengalaminya saat masih bayi. Apa pun yang menyebabkan katup otot antara lambung dan esofagus (kerongkongan bagian bawah yang berbentuk ring) menjadi relaks, atau apa pun yang meningkatkan tekanan di bawah esofagus, dapat menyebabkan GERD. Sehingga, GERD memerlukan pemeriksaan khusus dan pengobatan oleh dokter.

Gejala GERD

Artikel yang ditulis oleh dr. Natharina Yolanda dan ditinjau oleh Prof.DR.dr. Badriul Hegar, Sp.A(K), Ph.D, tersebut menerangkan, jika keluarnya isi lambung menyebabkan gejala dan atau komplikasi penyakit lainnya, maka disebut sebagai GERD. Bila anak menderita GERD, maka gumoh atau muntahnya akan berkaitan dengan:

  • Penurunan berat badan,
  • Rewel,
  • Menangis terus-menerus,
  • Penolakan makan,
  • Gangguan napas kronik.

Gejala lain pada bayi atau anak dengan GERD yang diungkapkan oleh WebMD adalah:

  • Muntah yang sering atau berulang.
  • Batuk atau mengi yang sering atau terus-menerus.
  • Kesulitan makan (tersedak atau tersedak saat menyusu).
  • Mulas, gas, sakit perut, atau perilaku kolik (sering menangis dan rewel) terkait dengan makan atau segera setelahnya.
  • Regurgitasi (tindakan membawa kembali makanan yang sudah ditelan ke mulut) dan menelan kembali makanan.
  • Mengeluh rasa asam di mulut, terutama di pagi hari.

Penanganan GERD

Lalu, bagaimana GERD didiagnosis pada bayi dan anak-anak? Umumnya, riwayat kesehatan yang diceritakan oleh orang tua sudah cukup bagi dokter untuk mendiagnosis GERD. Apalagi jika masalah tersebut terjadi secara rutin dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada bayi atau anak. Grafik pertumbuhan dan riwayat pola makan anak juga membantu, tetapi terkadang, tes lebih lanjut akan disarankan oleh dokter. Seperti, tes sinar-X khusus yang menggunakan barium untuk memeriksa esofagus, lambung, dan bagian atas usus kecil. Atau, endoskopi saluran pencernaan bagian atas. Beberapa perawatan GERD pada bayi dan anak yang dapat dilakukan di rumah oleh orang tua, yang direkomendasikan oleh WebMD, adalah:

Untuk Bayi

  • Angkat kepala tempat tidur bayi atau bassinet bayi.
  • Gendong bayi dalam posisi tegak selama 30 menit setelah menyusu.
  • Lebih sering memberi makan bayi Anda dalam jumlah kecil, bila sudah memulai MPASI.
  • Cobalah berdiskusi pada dokter anak Anda, kapan waktu yang tepat pemberian MPASI bagi anak Anda yang mengalami GERD. Mungkin waktunya bisa akan lebih cepat dari rekomendasi pemberian MPASI WHO (World Health Organization) dan IDAI.

Untuk Anak yang Lebih Besar

  • Posisikan bagian kepala tempat tidur anak lebih tinggi.
  • Jaga agar anak tetap tegak setidaknya selama dua jam setelah makan.
  • Sajikan beberapa makanan kecil sepanjang hari, bukan tiga kali makan besar.
  • Pastikan anak tidak makan berlebihan.
  • Batasi makanan dan minuman yang tampaknya memperburuk refluks anak Anda, seperti makanan berlemak tinggi, yang digoreng atau pedas, berkarbonasi, dan kafein.
  • Ajak anak Anda untuk berolahraga secara teratur.
  • Jika refluks parah atau tidak membaik, dokter Anda mungkin akan merekomendasikan pengobatan lebih lanjut. 

Source: parentstory.com

Artikel Lainnya

Botol air minum kemasan, boleh diisi ulang nggak sih mom? Kita simak penjelasan berikut yuk mom. Sebagian dari kita tidak berpikir dua kali untuk mengisi ulang air minum di botol plast...

Lemak acap kali dianggap sebagai hal yang harus dihindari karena dapat mengakibatkan berat badan berlebih dan berbagai penyakit lainnya. Namun, asupan lemak sebagai nutrisi bayi tidak harus selalu dih...

Penggunaan diaper atau popok, khususnya yang sekali pakai tidak dipungkiri memberikan kepraktisan dalam pengasuhan dan perawatan buah hati. Namun penggunaannya yang setiap hari juga rentan m...

Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah penggunaan susu kental manis pada anak. Pertimbangan orangtua memilih susu kental manis adalah harga yang relatif lebih murah, mudah disimpan...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................