Saat si kecil sudah memasuki usia 6 bulan, orang tua dapat mulai memberikan MPASI (makanan pendamping ASI) untuk mengenalkan berbagai tekstur dan cita rasa makanan. Namun, pemberian MPASI untuk bayi j...
Jumat, 11 Maret 2016 | 09:16 WIB Penulis : Erni Wulandari
Mallory Smothers begitu terpukau melihat air susu ibu (ASI) yang diperahnya. Suatu kali warna ASI-nya agak keemasan dibanding hari sebelumnya. Mallory menyadari warna ASI ini berubah saat bayinya sedang tidak enak badan.
Mallory memposting foto ASI-nya di Facebook. Dalam foto tampak dua kantung plastik berisi ASI yang dipompa pada 11 Februari dan 12 Februari. ASI hasil perahan tanggal 11 Februari warnanya terlihat putih.Sedangkan hasil perahan tanggal 12 Februari agak kuning keemasan.
Dituturkan Mallory, dia menyusui bayinya dua jam sekali di malam hari. Sementara aktivitas memerah ASI baru dilakukannya di pagi atau siang hari. Nah, satu kali, pada dinihari, Mallory menyadari hidung bayinya agak mampet dan bersin lebih sering dari biasanya. Selain itu si kecil juga lebih rewel.
"Pagi harinya, saya memerah ASI seperti biasa," ucap Mallory di Facebook-nya.
Mulanya Mallory tidak menyadari ada yang sedikit berbeda pada ASI hasil perahannya. Namun ketika melihat ASI hasil perahan yang lain, dia melihat ASI-nya pagi itu tampak lebih kuning keemasan. Dia pun meyakini, ASI tersebut mirip dengan kolostrum yang penuh antibodi dan leukosit. Kolostrum sendiri biasanya diproduksi pada awal-awal bayi dilahirkan.
Apakah ASI bisa berubah pada saat bayi sedang sakit? Menurut penelitian yang dilakukan ahli biologi dan profesor di Pusat Evolusi dan Kedokteran School of Human Evolution & Social Change di Arizona State University, pada menyusu air liur bayi menyelinap ke puting ibu dan masuk ke saluran dalam tubuh ibu.
"Diyakini reseptor kelenjar susu menafsirkan dari air liur itu apakah mengandung bakteri dan virus. Jika terdeteksi sesutu yang salah (misalnya bayi sakit atau melawan infeksi) maka tubuh ibu akan mengubah komposisi imunologis di ASI," tutur Hinde, dikutip dari Huffington Post.
Karena itu pula para ilmuwan berhipotesis bahwa menyusui langsung bayinya merupakan cara bagi ibu untuk 'mengetahui' kondisi anaknya. Selanjutnya, tubuh ibu akan merespons dengan antibodi dalam ASI untuk membantu melawan infeksi di tubuh bayinya.
Ahli biologi sel dari University of Western Australia, Foteini Kakulas, pernah melakukan sejumlah eksperimen terkait ASI. Dalam eksperimen itu, Kalkulas dan rekan-rekannya menemukan ASI bisa dengan cepat berubah sebagai respons pada infeksi yang dialami bayi.
ASI biasanya mengandung sejumlah kecil sel yang merupakan bagian sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi, yang disebut juga sebagai leukosit. Ketika bayi atau ibu sakit, jumlah leukosit di ASI juga meningkat. Penelitian itu dilaporkan pada 2013 di Clinical and Translational Immunology.
ASI yang kaya akan leukosit diproduksi di awal-awal menyusui. Namun semakin usia bayi bertambah, leukosit dalam ASI ditengarai berkurang secara alami. Akan tetapi ketika infeksi muncul, leukosit akan meningkat, dan sel-sel yang berjumlah miliaran ini akan ditelan oleh bayi selama masa menyusu, sehingga membantunya melawan infeksi.
Saat si kecil sudah memasuki usia 6 bulan, orang tua dapat mulai memberikan MPASI (makanan pendamping ASI) untuk mengenalkan berbagai tekstur dan cita rasa makanan. Namun, pemberian MPASI untuk bayi j...
Memperoleh tidur yang cukup dan berkualitas sangat baik untuk proses tumbuh kembang bayi. Namun, tak sedikit bayi yang kerap terbangun saat tidur di malam hari. Hal apa sajakah yang bisa mengganggu ti...
Apa itu tummy time? Melansir dari laman Healthline, tummy time merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan aktivitas di mana anak tengkurap atau mencoba untuk duduk. Ini adala...
Apa Itu Wonder Week Bayi? Wonder week adalah istilah yang diperkenalkan pada tahun 1992 oleh pasangan dokter asal Belanda, Frans Plooij dan Hetty van de Rijt. Wonder week menggambarkan fase lonj...