Orthokeratology, Salah Satu Solusi Mata Minus Anak Tanpa Operasi

Kamis, 25 Februari 2021 | 11:37 WIB Penulis :


Prevalensi mata minus atau miopia pada anak di dunia terus meningkat. Di Hongkong ada 30% anak saat berusia 6-7 tahun mengalami mata minus; saat berusia 10-11 tahun ada sebanyak 60% mengalami mata minus; dan saat berusia 16-17 tahun sebanyak 74% mengalami mata minus. Dan ternyata peningkatan prevalensi anak dengan mata minus juga meningkat di Indonesia. Ketua Contact Lens Service Jakarta Eye Center (JEC) Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE., bercerita berdasarkan survei yang dilakukan di Jakarta dan Tangerang ternyata 52.78% anak di wilayah urban mengalami mata minus. Bahkan, survei yang dilakukan Dr. Tri bersama tim dokter mata di Indonesia ini juga menemukan fakta, gangguan mata minus pada anak kelas 6 SD di Tangerang mencapai 20.24%. Sedangkan di Jakarta, ada sebanyak 35% anak SMP yang mengalami mata minus.

Penggunaan Kacamata Sering Membuat Anak Tidak Percaya Diri

Secara sederhana Dr. Tri lalu menjelaskan mata minus dapat terjadi karena melihat objek terlalu dekat. “Contohnya seperti bermain gawai atau menonton televisi terlalu dekat, membuat pembiasan atau refraksi mata jatuh di depan retina. Jika dilakukan dalam waktu lama secara terus menerus, maka kornea mata jadi cembung dan penglihatan kabur ketika melihat objek yang jauh,” paparnya seraya menyebutkan kebiasaan bermain gadget terlalu sering, semakin mempercepat terjadinya rabun jauh atau mata minus. Selama ini solusinya hanyalah menggunakan kacamata. Tapi tidak jarang anak tidak betah berlama-lama memakai kacamata karena alasan kenyamanan serta penampilan.  Apalagi, sambung Dr. Tri, anak-anak zaman sekarang sangat memerhatikan penampilan. “Anak-anak yang berkacamata, karena dianggap berbeda, sering menjadi korban perusakan atau bully oleh teman-temannya. Akhirnya mereka jadi malas berkacamata. “Padahal ini penting, bukan hanya untuk membantu penglihatan mereka tapi juga agar terhindar dari berbagai risiko komplikasi.”

Mata minus yang tidak ditangani secara konsisten berisiko untuk menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi mulai dari katarak, glukoma, bahkan sampai retinal detachment atau retina mata lepas. “Karena kornea mata jadi cembung maka panjang bola mata pun semakin membesar. Ibaratnya ini seperti di-stretching terus menerus.”  Kondisi ini, sambung Dr. Tri, membuat kompartemen bola mata jadi lebih luas dan retina mata semakin tipis karena terus menerus meregang. Retina mata yang menipis berpotensi untuk terjadinya lubang atau celah yang berujung pada lepasnya retina mata. Karena itu jangan anggap remeh gangguan mata minus. 

Teknologi Terbaru Mengoreksi Mata Minus Tanpa Operasi

“Sekarang kita punya teknologi lensa kontak terbaru untuk mengatasi mata minus tanpa operasi. Bahkan kami sudah mengaplikasikannya pada anak-anak karena aman,” ucap Dr. Tri antusias seraya bercerita pasien termuda yang pernah ditangani dengan teknologi terbaru ini, adalah berusia 5 tahun. Teknologi apakah itu? “Ortokeratologi atau kami menyebutnya dengan Ortho-K,” jawab Dr. Tri. Ortokeratologi adalah prosedur penggunaan lensa kontak yang didesain khusus untuk mengoreksi serta menghambat penambahan minus pada penggunanya. Betul sekali, teknologi ini mengandalkan lensa kontak khusus yang dipakai anak yang bermata minus sepanjang malam saat tidur. “Jadi ketika bangun tidur, anak dapat melihat dengan jelas serta beraktivitas tanpa perlu memakai kacamata sepanjang hari,” ucap Dr. Tri.

Adapun bentuk dari lensa kontak ortokeratologi adalah bagian tengahnya datar dan ‘mancung’ pada bagian pinggir. Ini kebalikan dari lensa kontak biasa yang cembung di bagian tengah serta datar di sisi pinggir. Lensa kontak ortokeratologi bekerja dengan cara mendatarkan permukaan kornea. Jadi pada saat mata terpejam, lensa Ortho-K akan menekan kornea mata sehingga bisa kembali datar seperti bentuk semula. “Kornea mata kita itu sebenarnya sangat elastis jadi sangat bisa untuk didatarkan. Cara kerjanya hampir sama dengan lasik hanya saja ini tanpa operasi,” tegas Dr. Tri. Adapun jenis lensa kontak Ortho-K yang digunakan Dr. Tri di JEC adalah Menicon-Z yang sudah disetujui oleh FDA aman untuk dipakai secara terus menerus selama 30 hari karena tingkat oksigenasinya tinggi. Sehingga tidak akan membuat iritasi mata meski dipakai saat tidur.

Ortokeratologi bisa mengatasi gangguan refraksi mata hingga minus 6, tanpa atau dengan silinder hingga 2,5. Mengapa hanya sampai minus 6? “Karena memang ada keterbatasan untuk mendatarkan kornea.” Meski begitu, ortokeratologi tetap bisa diaplikasikan pada anak bermata minus yang tinggi. “Pada mata minus 10 misalnya, bisa ditekan sampai 6. Lalu sisanya dikoreksi dengan kacamata atau lensa di siang hari.” Dr. Tri lalu bercerita pasiennya yang berusia 5 tahun sangat nyaman menggunakan ortokeratologi. “Dia bisa memasang serta melepas lensa kontaknya sendiri, tapi tentu dengan pengawasan orang tua.” Prosedurnya diawali dengan pemeriksaan mata, pengukuran kelengkungan kornea, bola mata sampai pemilihan ukuran lensa yang sesuai. Adapun sepasang lensa kontak ortokeratologi ini dibanderol seharga 17 juta rupiah, sudah termasuk biaya 5 kali konsultasi dengan dokter spesialis mata. Saat mulai memakai lensa perlu dilakukan pemeriksaan reguler yaitu, sehari setelah pemakaian, seminggu setelah pemakaian. “Lalu 3 minggu setelah pemakaian, lalu berlanjut 2 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelah pemakaian.”

 

Source: parentstory.com

Artikel Lainnya

Penyakit akibat nyamuk tak hanya demam berdarah atau zika. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan, Indonesia sebagai negara tropis juga ...

Pernahkah si anak tak mau lepas dari anda? Saat punya balita, sekedar untuk makan saja anda pasti tergesa-gesa, mandi tergesa-gesa karena sikecil ingin selalu bersama anda. Bahkan, saat anda buang air...

Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau. Kondisi ini juga dapat menghilangkan kemampuan penderitanya untuk merasakan makanan. Kehilangan kemampuan indera penciuman ...

Orangtua mana yang tidak senang melihat balita-nya lahap saat makan. Namun, kegemaran anak yang satu ini jika tidak diatur dapat membawanya pada risiko berat badan berlebih atau obesitas. Nah, untuk m...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................