Mempraktikkan potty training di malam hari umumnya memang lebih berat ketimbang di siang hari. Alasannya, si kecil seringkali sulit terbangun dan pergi ke toilet saat ia merasa ingin buang air. Akhirn...
Selasa, 31 Agustus 2021 | 15:59 WIB Penulis :
Masa pandemi tak pelak membuat banyak orang stres, tak terkecuali anak dan remaja. Tak ada aktivitas pergi ke sekolah, tak ada agenda berlibur, atau bermain bersama teman-teman rentan membuat anak stres.
"Anak-anak di segala usia sedang mengalami masa sulit. Tiap orang dewasa, jika Anda perhatikan, merasa cemas yang kini meningkat. Dan anak-anak merasakannya," kata psikolog perkembangan dan klinis, Nancy S. Molitor, mengutip dari Healthline.
Respons stres pada anak bakal berbeda tiap tahapan usia. Lihat kondisi anak dan terapkan solusi sesuai usia agar anak lebih tenang.
1. Anak 4-7 tahun
Regresi atau perilaku mundur menjadi salah satu tanda stres pada anak-anak usia 4-7 tahun. Regresi menjadi respons anak terhadap situasi.
Lebih jelas, regresi merupakan perilaku yang tak sesuai dengan usia. Misal, anak berusia 4 tahun bisa kembali mengompol seperti yang kerap mereka lakukan pada usia 2 tahun.
Selain itu, Molitor melanjutkan, anak juga akan terlihat lebih cemas dari biasanya. "Mereka [anak] mungkin lebih takut dan cemas dari biasanya. Mereka juga akan merasa cemas saat jauh dari Anda," jelasnya.
Gejala-gejala tersebut menjadi normal terjadi pada anak di tengah masa pandemi. Hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah tetap patuh pada jadwal atau rutinitas.
2. Anak 7-10 tahun
Masuk usia 7 tahun ke atas, anak lebih bisa sadar akan situasi sekarang. "Mereka mungkin sangat ketakutan, tak hanya soal kesehatan mereka tetapi untuk kesehatan seluruh anggota keluarga," kata terapis anak, Katie Lear.
Lihat juga:5 Tanda Kecemasan pada Anak
Menurutnya, kekhawatiran atau kecemasan ini bisa diluapkan lewat amarah yang membuat anak-anak cepat marah. Mereka perlu informasi yang bisa diterima sesuai usia, mulai dari penularan dan bagaimana cara melindungi diri mereka.
"Anda bisa membuka obrolan tentang pandemi bersama anak dengan bertanya pada anak tentang apa yang mereka dengar soal virus corona. Anda mungkin terkejut saat mendengar rumor dan informasi salah yang tersebar di kalangan anak-anak," jelas Lear.
Selain itu, orang tua juga penting untuk mengingatkan pentingnya menjaga jarak fisik, mencuci tangan, dan memakai masker. Terangkan bahwa segala aturan itu tak hanya dilakukan untuk melindungi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Ilustrasi. Beda usia, beda pula respons stres yang diberikan anak. (Istockphoto/ Fizkes)
3. Anak 10-13 tahun
Anak usia 10-13 tahun menjadi kelompok yang mendapatkan beban besar dari konsep sekolah daring. Anak harus mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak dengan sedikit bimbingan dari guru. Anak-anak yang umumnya termotivasi untuk berprestasi di sekolah akan kesulitan untuk mengarahkan diri dan membagi waktu.
"Ini dapat mengakibatkan penurunan nilai dan bertengkar dengan orang tua ketika saatnya masuk ke kelas atau menyelesaikan pekerjaan rumah," kata Lear.
Membantu anak usia 10-13 tahun, lanjut Lear, sama dengan menjaga ekspektasi tetap realistis. Orang tua perlu mengapresiasi apa yang telah dilakukan anak untuk berusaha belajar dengan baik.
4. Anak 13-17 tahun
Masa sekolah menengah tampaknya tak lagi mengesankan saat pandemi. Molitor mengatakan, pada usia ini, anak akan mengalami banyak kehilangan. Mereka juga terputus dengan teman sebaya yang berpotensi memengaruhi perkembangan masa remaja.
Lihat juga:Studi Ungkap Sebab Anak Lebih Senang Belajar dari Buku Cerita
"Apa yang saya dengar dari banyak orang tua adalah anak-anak merespons dengan kecenderungan mudah marah, tidur sepanjang hari, dan begadang sampai larut," kata Molitor.
Remaja juga disebut rentan mengalami depresi dan perasaan putus asa. Untuk mengatasinya, Lear menyarankan agar orang tua mencermati betul perubahan besar pada tingkah laku anak yang bisa menjadi tanda awal depresi, seperti menarik diri dari keluarga, mengisolasi diri di kamar, dan perubahan kebiasaan makan juga tidur.
Dia menyarankan agar orang tua membantu anak untuk tetap terhubung dengan teman-temannya secara daring. Orang tua harus bisa menyadari anak bahwa mereka masih memiliki masa depan dan masa sulit ini tak akan berlangsung selamanya.
Source: www.cnnindonesia.com
Mempraktikkan potty training di malam hari umumnya memang lebih berat ketimbang di siang hari. Alasannya, si kecil seringkali sulit terbangun dan pergi ke toilet saat ia merasa ingin buang air. Akhirn...
Bunda, pernah mengalami kejadian Si Kecil memukul ketika sedang bermain dengan teman-teman sebayanya? Mungkin itu menjadi pertanyaan besar ya apakah Bunda melakukan kesalahan dalam pola asuhnya. ...
Sejak baru dilahirkan, bayi sudah belajar berkomunikasi. Salah satu tanda komunikasi terjadi pertama kali pada seorang bayi adalah saat dia menyadari bahwa kalau menangis dia akan mendapat susu dari m...
Ikan teri merupakan salah satu jenis dari keluarga ikan anchovy. Ukurannya tergolong mini, hanya berkisar antara 2-4 cm, tapi ikan teri memiliki karakteristik cita rasa yang unik. Yang paling terkenal...