Alasan Tidak Perlu Khawatir Vaksin Palsu

Selasa, 28 Juni 2016 | 08:49 WIB Penulis : Erni Wulandari


Hati-hati itu harus, tetapi dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K), PhD, dari bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada/INSKA RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, mengingatkan agar berita peredaran vaksin palsu tidak perlu disikapi berlebihan. Orang tua juga tidak perlu merasa khawatir yang tak beralasan karena menurutnya, maraknya berita tidak mencerminkan maraknya fakta peredaran vaksin palsu.

“Bicara barang palsu, barang apa, sih yang tidak dipalsukan? Sepanjang punya nilai ekonomi, motif bisnis dan manusia bermental curang, apa saja dipalsukan. Demikian juga vaksin, tak luput dari pemalsuan. Sikapi saja dengan hati-hati dan tenang tanpa khawatir berlebihan,” tulis dr. Mei Nani.

Untuk itu, dr. Mei Nani memaparkan 7 alasan mengapa berita mengenai vaksin palsu tak usah terlalu dicemaskan, seperti di bawah ini:

1. Anak mendapatkan imunisasi di posyandu, puskesmas dan rumah sakit pemerintah, di mana vaksin disediakan oleh pemerintah, yang didapatkan langsung dari produsen dan distributor resmi. Dengan begitu, vaksin dijamin asli, manfaat dan keamanannya.

2. Anak mengikuti program pemerintah, yaitu imunisasi dasar lengkap, di antaranya hepatitis B, DPT, polio, campak, BCG, yang pengadaanya dilakukan oleh pemerintah, dan didistribusikan ke Dinas Kesehatan hingga ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan begitu, vaksin dijamin asli, manfaat dan keamanannya.

3. Bunda peserta JKN dan melakukan imunisasi dasar, misalnya vaksin BCG, hepatitis B, DPT, polio, dan campak, di mana pengadaan vaksin itu didasarkan kepada Formularium Nasional (Fornas - daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas) dan e-catalog dari produsen dan distributor resmi. Dengan begitu, vaksin dijamin asli, manfaat dan keamanannya.

4. Anak Bunda mengikuti program imunisasi ulang, seperti DPT, polio, campak, di posyandu dan puskesmas. Dengan begitu, vaksin dijamin asli, manfaat dan keamanannya.

5. Peredaran vaksin palsu diduga tidak lebih dari 1% di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Angka itu relatif kecil dibandingkan jumlah vaksin yang beredar dan wilayah sebarannya.

6. Isi vaksin palsu dikabarkan merupakan campuran antara cairan infus dan gentacimin (obat antibiotik), dan setiap imunisasi dosisnya 0,5cc. Dilihat dari isi dan jumlah dosisnya, dampak vaksin palsu relatif tidak membahayakan.

7. Gejala infeksi yang mungkin timbul karena cara pembuatan vaksin palsu yang tidak baik bisa dilihat tidak lama setelah diimunisasikan. Jadi kalau anak tidak mengalami gejala infeksi setelah sekian lama divaksinasi, maka dapat dipastikan ia tidak divaksinasi dengan vaksin palsu.

“Pemalsuan vaksin merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan, karena sama saja dengan sengaja membiarkan anak-anak tidak kebal atas penyakit yang mematikan. Semoga pelakunya dihukum maksimal sesuai ketentuan perundang-udangan,” tulis dr. Mei Nani.

 

Sumber : Parenting

Artikel Lainnya

Kesempatan bermain dengan bebas akan mendorong perkembangan yang sehat bagi si kecil. Ternyata ketika si kecil menggunakan imajinasi saat bermain, mereka akan lebih kreatif, tampil lebih baik di ...

Suhu tubuh anak mencapai 39 derajat celcius ketika demam? Bunda tidak perlu panik, tingginya suhu tubuh anak tak selalu berbanding lurus dengan keparahan penyakitnya. Anak dengan suhu tubuh 38,8 deraj...

Menonton film di bioskop merupakan salah cara bonding dengan Si Kecil. Tapi jangan salah pilih film ya, Moms. Pastikan film yang Anda tonton bersama anak sesuai dengan usianya. Nah memasuki tahun 2...

Sesering apa pun untuk dibersihkan, kamar tidur anak sangat mudah kembali berantakan, kotor, dan kacau. Anak-anak belajar, bermain dan melakukan semua hal lain di kamar tidurnya sepanjang hari, yan...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................