Setelah berpuasa selama lebih dari 12 jam, Mom tentu tak sabar untuk segera membayar rasa haus dengan minum minuman yang segar dan sehat saat buka puasa nanti. Begitu pun bagi si kecil, menu...
Jumat, 22 Juli 2016 | 09:31 WIB Penulis : Erni Wulandari
Ada anggapan anak batita umumnya lebih dekat dengan Bunda. Hal ini tidaklah salah, sebab para sudah menjalin kelekatan dengan anak sejak ia masih di dalam rahim. Bunda pun menjadi orang pertama yang dilihat saat anak dilahirkan.
Namun di usia batita, ada anak-anak yang memilih dekat dengan Ayah. Bukan berarti ia tak “cinta” dengan Bunda, tapi terlihat si kecil lebih semangat jika bermain dengan si Ayah, lebih ceria jika disuapi Si Ayah, lebih senang jika dimandikan Ayah, memanggil Ayah ketika menangis, takut, sedih, sakit, dan lainnya.
Kenapa si batita lebih dekat dengan Ayah. Apa sih penyebabnya?
* Ayah adalah teman yang menyenangkan. Sebab Ayah pintar membuat kegiatan menarik saat bersama. Contoh, ketika mendongeng Ayah mampu menirukan banyak suara binatang, bisa berekspresi lucu, sehingga membuat batita tertarik! Saat bermain pun Ayah sering menciptakan hal-hal yang membuat si kecil terkesan. Misal, mengajak anak melompat seperti katak, berkokok seperti ayam, kaku seperti patung, membuat topi dari kardus, membuat pesawat kertas, dan sebagainya.
* Ayah umumnya lebih permisif. Di usia batita anak ingin menjajal apa pun karena rasa ingin tahunya sangat besar. Si batita naik turun tangga, mendaki meja, mengoprak-ngoprek mainan, mencoret-coret dinding, bermain air di gelas, dan sebagainya. Ayah cenderung membolehkan apa pun yang dilakukan si kecil. Anak pun sangat senang diberikan kebebasan oleh Ayahnya. Dari sini anak belajar, “Wah lebih asyik sama Ayah!”. Anak-anak menjadi lebih dekat dengan Ayah, tak lain karena mereka dapat memperoleh apa
pun dari Ayah, dibandingkan dari Bunda. Terlebih lagi, karena Bunda kerap menegur si batita bila muncul perilaku yang tidak diinginkan.
* Ayah lebih banyak di rumah. Hal ini tentu berdampak pada relasi dengan anak-anaknya yang lebih dekat. Gambarannya, jika dulu Ayah yang dituntut menjadi tulang punggung keluarga, kini nilai itu bergeser. Bunda boleh saja menjadi tulang punggung keluarga. Mungkin, karier Bunda di kantor sedang menanjak sehingga Bunda pun sangat sibuk. Sementara jam kerja papa lebih fleksibel karena berbisnis di rumah. Tak heran, Bunda punya waktu lebih banyak bersama anak-anak. Ia bisa melakukan banyak aktivitas bersama anak.
* Secara naluriah, batita mulai dekat ke papanya selepas masa bayi. Disebutkan, secara naluriah, batita mulai dekat dengan Ayahnya selepas masa bayi. Sebab, si batita yang kini menginjak satu tahun telah melewati masa mesra bersama mamanya. Inilah momen anak ingin lebih dekat dengan orang lain. Dalam benak si batita, muncul pemikiran, kini saatnya menggali hal baru dengan “orang terdekat kedua”, yaitu Ayah.
Nantinya, memasuki usia 2 tahun, batita ingin lebih mengenal Ayah dari berbagai sisi. Dari aspek fisik, pekerjaan, hobi, hingga kesukaan lainnya. Caranya mulai dengan mengamati dan menyentuh wajah Ayah, sampai menguntit Ayah saat di rumah. Baik ketika ia sedang melakukan berbagai kegiatan (seperti membaca koran, mengetik di komputer atau membersihkan mobil). Hubungan ini akan semakin dekat jika Ayah juga antusias menyambut si batita mengerjakan hal-hal menyenangkan.
Itulah empat hal yang membuat anak batita lebih dekat dengan ayahnya. Apakah semuanya masuk akal buat Bunda?
Sumber : Nakita
Setelah berpuasa selama lebih dari 12 jam, Mom tentu tak sabar untuk segera membayar rasa haus dengan minum minuman yang segar dan sehat saat buka puasa nanti. Begitu pun bagi si kecil, menu...
Berikut 10 cara merawat rambut anak mulai dari bayi hingga usia batita: Hindari mencuci rambutnya setiap hari ya Bu apalagi pada bayi yang baru lahir. Hanya gunakan shampo dua kali saja dalam se...
Mengajak anak ke museum menjadi tantangan tersendiri ya, Moms. Jangankan anak-anak, tampaknya orang dewasa saja mudah bosan kalau pergi ke museum. Padahal penting mengajak Si Kecil ke museum kare...
Sudah lebih dari satu tahun Indonesia menjalani pembatasan jarak fisik dengan beraktivitas dari rumah saja. Hal ini membutuhkan adaptasi yang tak mudah, terlebih untuk anak-anak. Pandemi virus co...