Melatih saraf motorik anak sejak dini sangat baik untuk tumbuh kembangnya, terlebih untuk bayi usia 2-3 tahun. Hal ini akan membantu anak dalam mengeksplorasi dunianya lewat tangan seperti m...
Selasa, 22 Juni 2021 | 15:47 WIB Penulis :
Banyak kebiasaan bayi yang kadang bisa menimbulkan kepanikan bagi orang tua baru. Salah satunya adalah saat menemukan bayi kejang saat tidur.
Ketika Moms melihat bayi kejang saat tidur, sering menganggap bahwa ini adalah respons terhadap mimpi.
Namun, para peneliti percaya bahwa kejang sebenarnya bisa menjadi bagian dari perkembangan keterampilan motorik bayi.
Uniknya, meski bayi kejang atau terkaget, namun tidurnya tetap terlihat pulas dan tidak nampak terbangun sedikit pun. Amankah kebiasaan bayi kejang saat tidur pulas? Temukan jawabannya berikut ini.
Meski terlihat mengkhawatirkan, namun bayi kejang atau terkaget dalam tidur merupakan hal yang umum terjadi. Kondisi ini disebut dengan benign neonatal myoclonus.
Melansir European Journal of Paediatric Neurology, benign neonatal sleep myoclonus (BNSM) ditandai dengan sentakan mioklonik atau terkejut yang terjadi hanya pada saat tidur dan berhenti tiba-tiba saat bayi dibangunkan. Ini adalah kondisi jinak yang sering terjadi dengan serangan epilepsi selama masa bayi.
Gejala bayi kejang akan muncul secara tidak terduga dan dapat bermula dari gerakan kecil menyerupai cegukan, hingga gerakan mengguncang seperti bayi kejang.
Gerakan ini tidak dapat dikendalikan atau dicegah, dan biasa terjadi saat malam hari ketika tubuh mulai rileks di awal tidur.
Gerakan bayi kejang pun akan berhenti dengan sendirinya atau berhenti ketika bayi terbangun. Gerakan bisa dilakukan oleh anggota tubuh mana saja dan berlangsung dalam hitungan menit.
Banyak orang tua khawatir ketika menemukan bayi kejang saat tidur, karena gejalanya menyerupai epilepsi. Namun, antara myoclonus dan epilepsi sangatlah berbeda.
“Kata pertama dari ‘benign neonatal myoclonus’ adalah kata ‘bening’ (jinak),” ungkap Beth Malow, M.D., profesor kedokteran anak dan direktur medis di Vanderbilt Sleep Center, Nashville, Tennessee, seperti dikutip dari huffpost.com.
Hal ini berarti myoclonus yang memiliki gejala seperti bayi kejang tersebut tidaklah berbahaya bagi kesehatan bayi.
Melansir Current Biology, bayi kejang saat tidur membantu Si Kecil mengubah gerakan dasar mereka menjadi gerakan terkoordinasi.
Penyebab bayi kejang saat tidur dikarenakan dua hal, yaitu pertama kontraksi otot yang tiba-tiba. Ini dikenal sebagai mioklonus positif. Kedua, relaksasi otot, ini adalah mioklonus negatif.
Belum sempurnanya sistem saraf bayi baru lahir juga merupakan penyebab terjadinya bayi kejang saat tidur. Sederhananya itu adalah gerakan otot tak sadar yang tiba-tiba.
Ketika bayi kejang saat tidur biasanya terjadi pada tahap awal, sama seperti anak jatuh tertidur. Ini mungkin disebabkan oleh rangsangan eksternal seperti kebisingan, gerakan, atau sensitivitas cahaya.
Bayi memiliki sistem saraf yang belum matang dan gerakan mereka bahkan lebih tidak terkoordinasi lagi saat tidur, daripada ketika mereka bangun.
"Gerakannya tidak berbeda jauh dengan yang orang dewasa lakukan saat akan tertidur," ungkap Michael Zimbric, MD, seorang ahli saraf pediatrik di Rumah Sakit Anak Rady, San Diego, seperti dikutip dari parents.com.
Para peneliti juga mencatat bahwa kejang atau kedutan di leher berhubungan dengan kemampuan bayi untuk menopang kepala mereka saat terjaga.
Kemudian, kedutan mungkin lebih sering terjadi di pergelangan tangan dan jari saat mereka mulai meraih sesuatu. Bahkan saat mereka tidur, bayi melakukan pekerjaan penting perkembangan sensorimotor.
Myoclonus atau gangguan tidur yang memiliki gejala seperti bayi kejang ini biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia bayi, di mana perkembangan sistem saraf bayi juga semakin matang.
Bayi kejang saat tidur dapat hilang dalam beberapa minggu hingga saat bayi berusia tiga bulan. Dalam beberapa kasus, bayi kejang saat mengalami myoclonus dapat terbangun dari tidurnya.
Saat ini terjadi, Moms cukup menenangkan kembali bayi dengan menggendongnya atau mengayunkannya agar kembali tidur.
Meski tidak membahayakan, Moms tetap perlu memperhatikan tanda atau gejala lain yang menyertai myoclonus. Pada bayi dengan kasus myoclonus, gerakan bayi kejang atau seperti berkedut hanya berlangsung sebentar.
Jika gerakan bayi kejang atau berkedut berlangsung cukup lama, maka ada baiknya Moms berkonsultasi dengan Dokter anak untuk memastikan kondisi kesehatan Si Kecil.
Melansir Medical Journal Armed Forces India, dalam beberapa kasus bayi kejang saat tidur sangat terasa.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian lebih dan orang tua disarankan untuk membawa bayi ke rumah sakit.
Jika bayi kejang saat tidur atau kaku saat bangun, kemungkinan Si Kecil mengalami kondisi yang sangat serius, seperti:
Kondisi ini adalah gangguan kejang pada bayi. Bayi kejang saat tidur membuat otot di lengan dan kaki kaku. Bayi terlihat sangat terkejut.
Bayi juga mungkin mengalami perlambatan perkembangan atau kehilangan keterampilan, seperti mengoceh, duduk, atau merangkak. Spasme infantil biasanya terjadi pada bayi yang berusi 2-12 bulan.
Suatu kondisi yang ditandai dengan kejang berulang pada bayi baru lahir. Kejang dimulai sekitar hari ke-3 dan biasanya hilang dalam 1 sampai 4 bulan. Kejang dapat melibatkan hanya satu sisi otak (kejang fokal) atau kedua sisi (kejang umum).
Jenis kejang ini melibatkan kedua sisi otak dan memengaruhi seluruh tubuh dan ditandai dengan kekakuan atau sentakan otot yang tidak terkendali.
Kejang demam biasanya terjadi pada anak kecil yang berusia antara 3 bulan hingga 3 tahun. Kondisi ini menyebabkan kejang-kejang yang dapat dialami Si Kecil selama demam yang sangat tinggi yang biasanya di atas 39 hingga 40 ° C atau lebih tinggi.
Perubahan suhu yang cepat lebih merupakan faktor seberapa tinggi demam untuk memicu kejang. Tak jarang membuat bayi kejang saat tidur.
Kondisi ini merupakan gangguan kronis yang menyebabkan kejang berulang tanpa alasan. Kejang adalah aliran tiba-tiba aktivitas listrik di otak.
Kondisi ini juga dapat membuat bayi kejang saat tidur. Kejang yang lebih kuat dapat menyebabkan kejang dan kedutan otot yang tidak terkendali dan dapat berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.
Jadi, normal ya Moms jika bayi kejang saat tidur, Si Kecil masih bekerja keras untuk perkembangannya.
Namun, Moms juga harus waspada karena bisa saja kejang tersebut merupakan tanda bayi mengalami masalah kesehatan yang serius.
Source: www.orami.co.id
Melatih saraf motorik anak sejak dini sangat baik untuk tumbuh kembangnya, terlebih untuk bayi usia 2-3 tahun. Hal ini akan membantu anak dalam mengeksplorasi dunianya lewat tangan seperti m...
Perlu diketahui, tidak ada produk oles, baik berupa lotion maupun krim stretch mark khusus ibu hamil, yang benar-benar menghilangkan stretch mark hingga tak berbekas.Prod...
Tergantung dari tingkat keparahan kondisi yang dialami bayi, SBS bisa menimbulkan gejala yang ringan maupun yang sangat berat. Gejala yang ringan sering tidak disadari dan dapat membaik seiring berjal...
Metode self-soothing bagi bayi untuk membantu si kecil tertidur dan bangun dengan sendirinya dan meminimalisir intensitas tangisan. Umum untuk bayi untuk bangun di malam hari selama 12 bu...