Mengenali Tanda-tanda Separation Anxiety

Rabu, 04 Oktober 2023 | 11:39 WIB Penulis :


Separation anxiety adalah suatu kondisi yang terjadi ketika si kecil histeris saat ditinggal Ibu, Ayah, atau pengasuhnya walaupun hanya sebentar. Kondisi ini sebenarnya sangat wajar dialami anak yang masih berusia 6 bulan sampai 3 tahun sebagai bagian dari perkembangannya. Saat anak sudah mulai belajar berjalan, ia memang akan menunjukkan kemandiriannya dengan berjalan menjauhi orang yang sedang bersamanya. Namun, bukan berarti emosinya sudah cukup matang untuk dapat memahami situasi saat orangtuanya meninggalkannya. Ia masih sangat mungkin menangis, berteriak, bahkan histeris ketika itu terjadi.

Kapan Biasanya Separation Anxiety Terjadi?

Bagi anak-anak, perpisahan bisa terasa begitu menyakitkan. Entah ketika ia dititipkan sebentar di rumah nenek, dititipkan di daycareatau bahkan saat Ibu hanya pergi ke kamar mandi. Ia benar-benar tidak ingin berpisah dengan Ibu atau pengasuhnya walau hanya 2 menit! Ini karena balita belum bisa memahami konsep waktu. Meninggalkan mereka selama beberapa menit atau beberapa jam akan terasa sama bagi mereka. Mereka percaya bahwa hidupnya sangat bergantung pada pengasuh utamanya.

Meski begitu, mereka sebenarnya sudah mulai paham akan sifat permanen suatu objek (termasuk orangtuanya) lo. Artinya, mereka mengerti kalau Ibu atau Ayah pergi bukan berarti Ibu dan Ayah akan hilang ditelan bumi. Mereka paham kalau kalian akan kembali. Tapi sekali lagi, karena konsep waktu masih abstrak bagi mereka, separation anxiety pun bisa saja muncul. Kecemasan ini jadi semakin mungkin terjadi ketika anak ditinggal dalam kondisi lapar, mengantuk, kelelahan, atau saat sedang sakit.

Menurut Miranda Goodman-Wilson, asisten profesor psikologi di Eckerd College, St. Petersburg, Florida, sebenarnya separation anxiety ini juga bisa jadi tanda anak belajar soal otonomi dirinya lo. Maksudnya, dengan menangis ini berarti anak punya pendapat sendiri tentang situasi yang ia inginkan, yaitu bahwa orangtua tidak boleh pergi. Mereka ingin memegang kendali! Dan ini ada bagusnya.

Apa sih Penyebab Separation Anxiety?

 

Meski memang kondisi ini terbilang normal, namun bukan berarti ini terjadi tanpa alasan. Beberapa skenario di bawah ini bisa semakin mungkin menyebabkan separation anxiety atau ketika anak tidak mau ditinggal.

  1. Mengucapkan selamat tinggal ketika orangtua akan meninggalkannya

    Separation anxiety ini seringkali muncul saat balita sedang berada di fase transisi, yaitu fase saat ia beralih dari masa bergantung sepenuhnya kepada orangtua atau pengasuh, ke masa ia mulai belajar mandiri. Semua fase baru akan menghadirkan tantangan, dan setiap tantangan bisa membuat balita stres. Akibatnya, ia merasa dunia akan runtuh karena jauh dari orangtuanya. Ia merasa jauh dari kata aman dan nyaman. Maka dari itu, ia perlu diyakinkan bahwa ketika orangtua atau pengasuhnya pergi, mereka akan selalu kembali.

  2. Pertemuan besar yang melibatkan banyak orang asing

    Pergi ke suatu pertemuan dengan banyak orang asing di dalamnya bisa sangat memicu kecemasan bagi anak. Perasaan takut kehilangan orangtua atau orang yang ia familiar dengannya akan semakin besar. Tak heran anak tidak mau pisah dari Ibunya jika berada dalam kondisi seperti ini. Separation anxiety sangat mungkin muncul ketika mereka bertemu orang baru, lo!

  3. Meninggalkan anak di kamar sendiri

    Entah itu untuk tidur malam atau siang, kesendirian bisa jadi sebuah situasi yang tidak ingin anak hadapi. Akibatnya, ia akan merasa cemas dan separation anxiety pun bisa terjadi ketika Ibu meninggalkannya sendiri untuk tidur. Mungkin ia juga akan berpikir kalau itu jadi waktu menyendiri terlama yang ia alami.

Mengenali Tanda-tanda Separation Anxiety

Apakah anak yang mengalami separation anxiety hanya akan menangis? Tidak juga, Bu. Tanda awal kecemasan yang dialaminya ini dimulai saat orangtua atau pengasuhnya terlihat pergi. Ia mungkin akan menarik tangannya, menempel di kakinya, lalu jika orangtua atau pengasuh itu tetap pergi ia akan marah, tantrum, dan merengek. Ia akan menolak orang lain yang akan bergantian menjaganya sebagai upaya untuk meyakinkan orangtua agar tidak pergi. Mereka juga mungkin akan menunjukkan ketakutan atau kegelisahan saat orangtuanya berada di tempat lain.

Emosi yang meledak-ledak biasanya akan mereda ketika orangtua atau pengasuh yang meninggalkannya mulai tidak terlihat. Kata Dr. Boyd-Soisson, profesor perkembangan manusia di Messiah College di Grantham, Pennsylvania, kecemasan ini berfungsi untuk menjaga anak agar tetap dekat dengan pengasuhnya yang merupakan sumber cinta dan kenyamanan baginya.

 

Source : https://www.ibupedia.com/

Artikel Lainnya

Sejak lama, banyak orang tua yang percaya bahwa bayi demam karena sedang atau setiap tumbuh gigi. Namun, benarkah demikian? Pada beberapa anak yang sedang tumbuh gigi, memang ada yang mengalami badan...

Keputusan untuk membawa bayi baru lahir ke luar rumah maupun ke tempat publik bisa jadi hal yang cukup membingungkan untuk orang tua baru. Isu utamanya adalah bayi belum mempunyai sistem imun yang kua...

Saat pandemi virus Corona (Covid-19) melanda dunia, kesehatan menjadi prioritas utama. Orang belajar dan jadi rajin cuci tangan, membersihkan diri, menjaga asupan nutrisi, dan menjaga imunitas tubuh. ...

Membayangkan punya anak kembar tampaknya seru, ya! Bisa mendandani mereka dengan pakaian dan aksesori lucu yang sama. Selain itu juga rumah menjadi lebih ramai. Meski tentu saja lebih repot dibanding ...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................