Membantu Anak Lepas dari Popok

Jumat, 29 Maret 2019 | 11:08 WIB Penulis : Erni Wulandari


Tidak terasa usia si kecil kini sudah 2 tahun lebih. Ia sudah semakin besar, siap masuk dunia prasekolah. Namun, masih ada yang mengganjal. Anak usia prasekolah harusnya sudah lepas dari popok atau diaper, sedangkan si anak belum. 

Di usia 2-3 tahun, seorang batita sebaiknya tak lagi bergantung pada popok. Mengapa? Sejak anak berusia 18 bulan, secara naluriah otot-ototnya sudah belajar mengontrol kandung kemih. Secara umum, hal ini ditandai dengan kemampuan anak  dapat duduk tegak, membuka dan memakai celana sendiri, serta dapat memahami intruksi sederhana.

Ayo, Mom, bantu anak lepas dari popoknya! 


1. Buat jadwal ke toilet 
Buatlah jadwal pergi ke toilet setiap hari. Seperti, ajak anak ke toilet untuk BAK setiap baru bangun atau sebelum tidur, sebelum ke luar rumah, atau sebelum masuk kelas. Jadwal ini membantu anak belajar memahami kapan ia harus BAK dan BAB.

Jika anak menolak, jangan dipaksa atau dimarahi ya, Mom. Percaya, deh, lama kelamaan ia juga pasti akan jadi terbiasa. Dan kalau anak masih juga mengompol atau BAK di celana, jangan marah, namanya juga masih beradaptasi. 
 
2. Lepas popok bertahap 
Tidak memakaikan popok kepada anak sama sekali bukan solusi. Lakukanlah secara bertahap. Pertama-tama, pakaikan popok hanya saat tidur di malam hari dan bepergian saja. Beberapa minggu kemudian, kenakan popok saat anak bepergian saja. Biasanya, setelah ini dilakukan, anak akan merasa tak nyaman lagi dan menolak dipakaikan popok.  

3. Beralih ke popok kain
Jika biasanya anak mengenakan popok instan, cobalah menggantinya dengan popok celana berbahan kain. Tujuannya untuk membantu anak terbiasa mengenakan celana dalam. Jika anak menolak, rayu ia dengan mengatakan, "Kakak, kan, sudah besar, jadi pakainya popok ini saja."

Jelaskan pula kelebihan popok kain. Misalnya, "Kalai Kakak mau pipis, popoknya bisa dilepas terus dipakai lagi." Selain mengajarnya untuk mandiri, kata-kata ini bisa menjadi stimulus bagi anak untuk BAK di toilet.
 
4. Minta anak bicara
Di usianya ini, tubuh anak sebenarnya sudah memberikan sinyal jika tubuhnya ingin BAK/BAB. Hanya saja, mereka belum mampu menyampaikan kebutuhannya itu. Selalu ingatkan anak dengan menanyakan apakah saat ini ia butuh ke toilet atau tidak.

Lakukan hal yang sama jika Moms melihat wajah anak seperti sedang menahan sesuatu atau merintih karena perutnya sakit.
 
5. Gunakan perangkat toilet seru 
Menyediakan beberapa perangkat toilet seru di rumah dapat menjadi stimulus agar Si Kecil mau BAK/BAB di toilet. Moms bisa menempelkan stiker tokoh kartun kesayangan anak pada kloset, menyemprotkan wewangian, atau menambah tablet biru antiseptik ke dalam tabung flush sehingga ketika anak menyiram kotorannya ia melihat cairan biru itu dan merasa terhibur.

Yang sudah-sudah, sih, anak jadi lupa ingin BAK/BAB. Katakan kalau Anda akan mengizinkannya bermain beberapa saat dengan "mainan" itu, asal ia BAK/BAB terlebih dulu. 

6. Bersikap optimis
Keberhasilan anak terlepas dari popoknya tidak hanya dinilai dari usaha anak menghadapi tantangan ini, tapi juga Moms. Sebagai orangtua, Anda harus selalu menunjukkan sikap optimis dan rasa percaya kepada anak kalau anak mampu melakukannya. 
 
7. Cari role model
Selalu ada sisi kompetitif pada diri setiap anak. Tunjukkan pada anak seorang temannya yang tidak lagi mengenakan popok. Biasanya hal ini dapat memotivasinya untuk melakukan hal sama. 

8. Kerja sama dengan guru
Pernahkah Moms mendapat cerita dari seorang teman yang guru dari anaknya melapor kalau anaknya BAK/BAB di kelas? Wah, malu ya, Moms. Anak juga pasti merasa malu, tuh. Sebelum ini terjadi pada anak, lekas ceritakan masalah ini pada guru Si Kecil dan minta ia membimbing anak di sekolah saat ingin BAK/BAB.

 

 

Sumber : Ayahbunda

Artikel Lainnya

Cara membersihkan botol susu bayi perlu dilakukan dengan tepat. Ya, Moms, lemak susu yang menempel pada botol berpotensi menumbuhkan jamur dan bakteri. Ketika jamur tersebut tidak dibersihkan dengan t...

Dikutip dari Mayoclinic.org, ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak, yakni genetik dan hormonal.  Adapun obesitas pada bayi biasanya terjadi karena banyak makan tetapi ...

...

Menjelang proses persalinan, banyak perlengkapan bayi yang harus dipersiapkan oleh ibu. Mulai dari baju bayi, perlengkapan mandi, gendongan, popok, dan juga alat-alat tidur seperti kasur dan bantal ba...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................