Jakarta, 17 Oktober 2022 Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus...
Kamis, 07 Oktober 2021 | 16:39 WIB Penulis :
Semakin anak mama bertumbuh, semakin tinggi pula kecenderungan anak untuk melakukan berbagai hal yang sebenarnya tidak patut untuk dilakukan. Salah satunya adalah kebiasaan suka berteriak pada Mama maupun orang lain di depan publik. Hal ini disebut dengan istilah tantrum.
Selain karena beberapa alasan lain yang memungkinkan, sikap tersebut disebut dapat terbentuk karena kebiasaan yang sudah melekat di kehidupan sehari-harinya saat menjalani proses tumbuh kembang. Tentu, sebagai orangtua, Mama menginginkan anak kesayangan Mama tidak bertumbuh dengan kebiasaan tersebut, bukan?
Don't worry! Saat anak mama sudah memasuki usia 1 tahun, Mama dapat melakukan upaya yang dapat mencegah dirinya dari sikap suka berteriak.
Dilansir dari situs Parents, setidaknya ada 7 cara yang bersifat efektif untuk diterapkan pada si Kecil agar ia terbiasa memiliki sikap dan cara berbicara yang lembut. Yuk, kita intip di bawah ini!
Dalam mengatasi segala isu atau permasalahan mengenai anak, secara khusus pada pembentukan karakter, para pakar di bidang anak terus menekankan bahwa solusi yang terbaik selalu dimulai dari pribadi Mama sebagai orangtua yang dipandang si Kecil sebagai role model.
Hal ini dilandaskan oleh berbagai hasil studi ilmiah mengenai proses tumbuh kembang anak yang kerap menemukan kecenderungan anak kecil yang selalu tertarik mengikuti gerak-gerik orangtua dan orang-orang terdekat lainnya.
Atas dasar itu, Mama sangat dianjurkan untuk selalu berbicara dengan suara lembut saat anak mama terbangun, baik saat ia melihat Mama maupun tidak. Dengan contoh baik yang Mama tunjukkan secara rutin, si Kecil pun akan terdorong untuk mengikuti sikap Mama yang selalu berbicara lembut dan pelan.
Seperti kata pepatah, pada akhirnya, "Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya," bukan?
Untuk membantu si Kecil benar-benar terbiasa tidak berteriak, Mama disarankan untuk jangan hanya fokus pada penerapan volume suara saat berbicara yang lembut dan pelan. Akan jauh lebih efektif jika si Kecil juga diajarkan mengenai cara berkomunikasi yang benar.
Sebagai contoh, ajarlah cara menyapa seseorang yang benar, cara meminta tolong, cara bertanya dan semacamnya.
Saat Mama memberi pemahaman akan hal-hal tersebut, Mama pun dianjurkan untuk memberi contoh nyata saat membangun komunikasi dengan si Kecil. Hal ini akan sangat efektif dalam mengajar si Kecil untuk mengetahui bagaimana cara memulai percakapan serta memberi respon.
Alhasil, Mama dapat sukses meminimalisir kecenderungan si Kecil untuk berteriak saat hal-hal tertentu mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Sebaiknya, sejak dini si Kecil sudah ditanamkan pengetahuan mengenai etika berkomunikasi yang benar.
Salah satu faktor sekaligus alasan utama yang membuat kebanyakan anak kecil suka berteriak adalah kesulitan mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Hal ini dijelaskan sendiri oleh seorang pakar anak sekaligus penulis buku, Michelle LaRowe.
Dalam pernyataannya kepada parents.com, ia menyebut bahwa fakta ini harus membuka mata para orangtua terhadap pentingnya mengajarkan cara mengekspresikan perasaan anak. Hal ini berpotensi membuat anak untuk kelak tidak memilih cara yang salah dalam mengutarakan isi hatinya, seperti berteriak.
Caranya, Mama harus peka terhadap ekspresi wajah anak dan mendorongnya untuk berbicara. Sebagai contoh, saat Mama melihat si Kecil menunjukkan ekspresi wajah yang sedih atau kesal.
Mama disarankan untuk langsung menghampirinya dan mengatakan, "Mama mengerti kamu sepertinya sedih. Apa yang membuatmu sedih?" Dari situ, Mama dapat mendorong anak mama untuk mengutarakan perasaannya dengan berkomunikasi.
Hal ini akan sekaligus memberi pemahaman padanya kalau si Kecil seharusnya memilih langkah untuk cerita kepada Mama mengenai perasaannya, ketimbang memilih untuk memendam dan lalu berteriak begitu saja.
Kecenderungan anak kecil yang suka berteriak juga dapat disebabkan karena keinginannya untuk mendapatkan sesuatu bagaimanapun caranya. Biasanya, hal ini terjadi karena si Kecil terbiasa menjalani hari-hari tanpa adanya aturan-aturan yang membatasi ruang lingkupnya secara konsisten.
Sebagai contoh, anak mama sedang menonton televisi di waktu santainya. Setelah memakan waktu lama, Mama pasti akan memintanya untuk berhenti dan melakukan hal lain, seperti tidur siang.
Jika Mama terbiasa untuk membiarkan Si Kecil untuk terus melanjutkan aktivitas menontonnya hanya karena anak tidak mau berhenti, kelak saat Mama tidak mau membiarkan hal tersebut lagi, si Kecil akan menolak dengan berteriak sebagai pembelaan dan tuntutan. Soalnya, pikir si Kecil, Mama pernah membiarkannya sebelumnya.
Karena itu, Mama harus konsisten dalam menerapkan aturan-aturan yang telah dibuat. Tentu, Mama harus melakukannya dengan pendekatan yang baik dan membutuhkan kesabaran untuk hal ini ya, Ma!
Sebagaimana aturan dalam kehidupan si Kecil harus bersifat konsisten, begitu pulang aktivitas rutinitas si Kecil dalam menjalani kesehariannya. Namun, di atas segalanya, Mama disarankan untuk memastikan bahwa rutinitas keseharian si Kecil teratur dengan baik dan adil.
Maksudnya, Mama harus memastikan bahwa si Kecil memiliki waktu untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, seperti makan siang, makan malam, tidur siang dan semacamnya.
Akan tetapi, jangan lupa untuk memberikan waktu santai yang cukup untuk dilakukannya agar si Kecil merasa senang dan dihargai kegemarannya.
Perasaan dan emosi yang baik akan meminimalisir kecenderungan si Kecil untuk berteriak sebagai alih-alih, menuntut hiburan yang diingininya. Jangan terlalu strick pada anak mama yang masih kecil dan polos, ya!
Dalam artikel kami sebelumnya di sini, para pakar di bidang anak menjelaskan bahwa cara yang tepat untuk melatih kebiasaan disiplin anak mama bukan dengan memberi sanksi atas perlakuan yang salah.
Sebaliknya, Mama diharapkan untuk menunjukkan bahwa sikap yang baik menghasilkan reward, seperti pujian.
Hal ini dinilai lebih efektif karena anak kecil pada umumnya memiliki keinginan yang besar untuk mendapatkan hadiah. Di usianya yang kecil, mendapatkan pujian dari Mama tercinta memiliki nilai yang sangat besar sebagai hadiah.
Maka dari itu, untuk mendorong si Kecil terus membangun kebiasaan yang baik dalam berbicara, Mama dianjurkan untuk terus memberi pujian setiap kali si Kecil menunjukkan cara berkomunikasi yang benar, mengekspresikan perasaan dan pikiran pada Mama, serta berbicara dengan nada suara yang pelan.
Pujian tersebut akan menjadi pemacu yang membuat anak mama akan terus melakukan ketiga hal penting tersebut. Wah, Mama pasti senang dan semakin bangga pada si Kecil!
Mama haruslah membangun hubungan yang dekat dengan anak mama sejak dini dengan tidak lupa meluangkan waktu bersamanya. Hubungan yang dekat antara Mama dengan anak sangat berpotensi menciptakan dan mempertahankan sikap dan etika berbicara yang baik.
Hal ini diakui sendiri oleh seorang pakar di bidang anak bernama Nicholas Long, Ph.D. yang mengatakan, "Anak kecil yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan orangtua akan mudah menerima dan menerapkan ajaran yang diberikan orangtua."
Sebuah buku berjudul Parenting the Strong-Willed Child: The Third Edition pun turut mendukung, di mana disebutkan bahwa, "semakin dekat hubungan Mama dengan Si Kecil, maka semakin kecil kemungkinan anak mama bertumbuh dengan kelakuan tidak baik."
Maka dari itu, agar anak mama tersayang bertumbuh dengan kebiasaan baik yang salah satunya adalah tidak suka berteriak, Mama sangat disarankan untuk membangun hubungan yang dekat dengan si Kecil layaknya seorang sahabat sejati.
Jika anak Mama sudah terlanjur menunjukkan sikap yang suka berteriak, khususnya di depan umum, jangan putus asa karena selalu ada solusi untuk proses tumbuh kembang anak mama! Yuk, intip solusinya di sini! Good luck, Ma!
Source: https://www.popmama.com/
Jakarta, 17 Oktober 2022 Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus...
1. Risiko gangguan psikologis Anak-anak yang belum cukup umur untuk bersekolah berisiko mengalami gangguan psikologis, yaitu attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), juga dikenal ...
Jika si Kecil memiliki lebih banyak kertas warna, ini tentu bisa Mama manfaatkan untuk mengajaknya membuat prakraya yang mudah dan menggemaskan. Seperti membuat ikan warna-warni. Bahannya pun mudah di...
Kesehatan gigi dan mulut yang terjaga sejak dini dapat memberikan dampak besar pada kehidupan Si Kecil. Selain tumbuh lebih sehat karena berkurangnya risiko terjangkit penyakit-penyakit tertentu, kond...