Cara Antisipasi Fase Terrible Two

Jumat, 15 Juli 2022 | 16:49 WIB Penulis :


Dua tahun pertama dalam kehidupan Si Kecil sering dianggap sebagai fase paling menantang bagi orang tua. Memasuki fase yang sering disebut sebagai terrible two ini, anak memang kerap "berulah" sehingga membuat Moms dan Dads geregetan.

 

Dua tahun pertama dalam kehidupan Si Kecil sering dianggap sebagai fase paling menantang bagi orang tua. Memasuki fase yang sering disebut sebagai terrible two ini, anak memang kerap "berulah" sehingga membuat Moms dan Dads geregetan.

 

Berteriak, menggigit, menendang, atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang tuanya merupakan bagian dari perilaku Si Kecil memasuki terrible two. Maklum, pada fase ini anak umumnya akan menunjukkan sifat egosentris dan merasa semua hal berpusat pada dirinya sendiri.

Si Kecil belum mampu melihat dari sudut pandang orang lain. Ia juga belum tahu bagaimana cara menyayangi orang lain, seperti menyayangi dirinya sendiri. Itulah alasan mengapa anak-anak di usia sekitar 2 tahun akan memperlihatkan perilaku yang kurang menyenangkan, cenderung merusak, bahkan tantrum.

Namun jangan panik ya, Moms. Anda bisa mengantisipasi ulah Si Kecil yang memasuki fase terrible two dengan cara-cara berikut ini:

1. Bersosialisasi

Seperti telah disebutkan di atas, anak akan mementingkan egonya sendiri memasuki fase terrible two. Untuk itu, Si Kecil perlu mengetahui bahwa dirinya tidak tinggal seorang diri di dunia ini dan tak semua hal berpusat kepadanya. Caranya adalah dengan mengajak anak belajar bersosialisasi.

Moms bisa ajak Si Kecil untuk lebih sering bermain bersama teman sebayanya, sepupu, atau bahkan kakak dan adiknya sendiri. Cara-cara ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial serta empatinya.

2. Memberi contoh

Lalu bagaimana cara mengajarkan nilai-nilai dan aturan sosial kepada anak? Nah, langkah yang satu ini mungkin memerlukan proses yang panjang serta kesabaran Moms dan Dads. Anda tentunya tidak bisa berharap perilaku Si Kecil akan langsung berubah setelah dinasihati satu atau dua kali.

Diperlukan kesabaran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak. Pada dasarnya, anak akan belajar nilai-nilai kebaikan atau tata krama dengan mencontoh perilaku orang tuanya sehari-hari.

Oleh sebab itu Anda juga perlu menunjukkan bagaimana bersikap yang baik dan benar terhadap orang lain, termasuk kepada anak, sehingga Si Kecil akan belajar mengikutinya. Jika Moms memperlakukan anak dengan baik, berkata lembut, dan menghargainya, maka ia pun akan belajar melakukan hal yang sama pada Anda dan orang lain.

3. Mengajarkan dan memberi bantuan

Sifat destruktif juga merupakan bagian dari fase terrible two. Dalam fase ini, anak akan cenderung bersikap merusak, seperti melemparkan mainannya, merobek majalah, atau mencorat-coret dinding. Untuk mengatasinya, Moms perlu mengajarkan bahwa hal-hal yang bersifat destruktif tersebut bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan.

Namun perlu diketahui, terkadang sifat destruktif tersebut muncul karena Si Kecil merasa frustrasi dalam melakukan sesuatu atau bagian dari eksplorasinya. Karena itu, Moms juga perlu membantunya untuk mengatasi rasa frustrasi tersebut.

Misalnya, Si Kecil tidak bisa menyusun balok mainannya, tak ada salahnya jika Anda duduk bersamanya dan mencoba membangun balok tersebut bersama-sama. Atau ketika Si Kecil akan merobek buku, Anda bisa mengalihkan perhatiannya dengan cara membacakan isi buku tersebut kepadanya. Jangan lupa untuk memberitahu anak bahwa ia bisa meminta bantuan orang dewasa apabila tidak mampu melakukan hal-hal tersebut.

4. Bijak menghadapi tantrum

Tantrum merupakan salah satu hal yang membuat orang tua khawatir, apalagi jika terjadi di tempat umum. Rasa kesal dan malu mungkin akan bercampur aduk saat Moms melihat Si Kecil menangis dan mengamuk di keramaian.

Pada dasarnya, anak sudah mampu membaca dan memanfaatkan situasi di usia ini. Si Kecil tahu bahwa orang tuanya mungkin akan memilih untuk mengalah dan menuruti keinginannya agar ia berhenti tantrum.

Untuk mengatasinya, Moms perlu bersikap tenang dan jangan menghadapi tantrum dengan kemarahan. Pasalnya, tantrum pada anak biasanya akan lebih menjadi-jadi apabila direspons dengan emosi. Bicaralah dengan lembut dan hindari berdebat, lakukan tawar-menawar, atau berikan penjelasan dalam bahasa sederhana saat anak dalam kondisi tantrum.

Lindungi anak dan pastikan lingkungan di sekitarnya aman karena biasanya anak yang tantrum berisiko mengalami cedera akibat terkena benturan dengan benda-benda di dekatnya. Cobalah untuk memeluk anak agar amarahnya mereda atau alihkan perhatiannya pada hal lain yang menarik.

 

Source : https://motherandbeyond.id/

Artikel Lainnya

Sering mengantuk sebetulnya tidak selalu menandakan perkembangan anak yang terganggu, bisa saja terjadi akibat hal-hal yang dijelaskan di atas.  Namun, mengantuk terus menerus bisa menjadi tan...

Selain aman, faktanya cara alami juga murah. Bahkan alat dan bahannya mudah ditemukan di sekitar. Penasaran bagaimana caranya? Jangan lewatkan pembahasan lengkapnya di sini. Begini Cara Mengatasi P...

Jakarta - Membuat anak tumbuh cerdas enggak cuma dengan memberikan asupan yang bergizi, Bun. Mereka juga butuh stimulasi, salah satunya dengan mainan. Nah, ternyata mainan bisa membuat anak tumbuh cer...

  Tes Mantoux atau tuberculin skin test (TST) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya paparan kuman TB pada tubuh. Tes Mantoux merupakan metode pemeriksaan awal ya...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................