Pada dasarnya, berbagi bukan sifat alamiah balita. Tetapi hal ini bisa Bunda ajarkan dan latih sehingga balita tahu bahwa berbagi merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain. Ini beberapa car...
Rabu, 14 Desember 2022 | 15:07 WIB Penulis :
Mama, mulai sekarang jangan kebiasaan untuk menakuti anak, ya! Karena hal ini punya dampak besar terhadap psikologis anak kelak, lo! Yuk, kenali dampak menakuti si kecil di bawah ini.
“Adek siang-siang jangan main di luar, nanti kamu dibawa pak polisi, lo!” Akrab dengan kalimat seperti ini? Mama Papa, sangat disayangkan metode menakuti anak masih kerap dilakukan para orangtua. Meski terlihat efektif, namun metode parenting seperti ini kurang bijak, lo!
Menakuti anak punya dampak besar terhadap psikologis mereka, bahkan berpengaruh hingga dewasa. Berikut ini beberapa masalah psikologis yang bisa saja terjadi pada anak yang sering ditakut-takuti:
Kepercayaan diri rendah
Anak yang biasa ditakut-takuti akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri rendah. Saat anak ditakut-takuti, mereka akan berpikir tindakannya salah, dan merasa insecure untuk membangun hubungan dengan orang lain. Jika terlalu sering ditakuti, lambat laun kepercayaan diri anak akan tergerus, sehingga tumbuh jadi pribadi yang minder.
Anak jadi penakut
Menakuti anak akan membuat si kecil tumbuh bersama ketakutan-ketakutannya, Ma. Ini menghambat kreativitas anak untuk mencoba hal baru, lo! Dalam jangka panjang, anak akan tumbuh jadi pribadi yang penakut dan mudah cemas.
Sekali dua kali memang si kecil tidak menunjukan perubahan, namun jika terus menerus rasa takut dan cemas akan menghantui si kecil. Tentu Mama Papa enggak mau kan, kalau si kecil melewatkan banyak kesempatan emas hanya karena takut?
Kepercayaan anak luntur
Kebiasaan menakuti anak sama dengan terbiasa membohongi mereka. Hal ini akan mengakibatkan si kecil kehilangan kepercayaan pada orangtua. Apalagi kalau Mama Papa terbiasa menggunakan hal-hal yang aneh untuk menakut-nakuti mereka.
Memang saat kecil mereka akan mudah percaya, namun ketika tumbuh dewasa kebenarannya sangat mudah diketahui. Si kecil akan menganggap orangtua berbohong, dan kehilangan kepercayaan tersebut.
Punya fobia
Umumnya, menakuti anak dilakukan orangtua saat si kecil masih berusia 2-3 tahun. Pada usia ini mereka belum memiliki kontrol sepenuhnya terhadap rasa takut yang dirasakan. Alhasil, ketakutan yang telah dipupuk sejak kecil akan menumbuhkan phobia pada si kecil. Jadi, hati-hati dengan kalimat yang dikeluarkan saat anak masih berusia 2-3 tahun, ya.
Ketergantungan pada orang lain
Kebiasaan menakuti tidak hanya melahirkan pribadi yang penakut, namun juga anak yang tumbuh dengan ketergantungan pada orang lain. Kebiasaan ditakut-takuti akan membuat anak merasa tidak mau mencoba, dan memilih untuk bergantung pada orang lain.
Jika tidak dihentikan, sifat ini akan terbawa hingga anak dewasa. Mereka memiliki kecenderungan tumbuh menjadi pribadi yang sulit mandiri, susah ditinggal, dan suka bergantung.
Sering mimpi buruk
Kontrol emosi pada anak dan orang dewasa sangat berbeda. Anak sulit menenangkan diri, sehingga apa yang dipikirkan bisa terbawa saat akan tidur. Bahkan bisa menghadirkan mimpi buruk, lo!
Kebiasaan menakuti anak akan membuat mereka cemas dan khawatir berlebihan, utamanya saat sendirian. Jika terus menerus dlakukan, anak akan sulit untuk tidur karena ketakutan.
Sulit membedakan kenyataan dan rekayasa
Mama Papa, menakuti anak dengan embel-embel dokter, suntikan, polisi, atau semacamnya akan membuat mereka kesulitan membedakan nyata dan cerita. Misalnya, jika di kehidupan nyata mereka bertemu dengan dokter tidak seperti dalam cerita Mama Papa, si kecil bisa saja akan merasa kebingungan.
Itulah 7 dampak menakuti anak terhadap psikologis si kecil. Alih-alih menakuti, coba untuk membicarakan faktanya yang rasional.
Misalnya, jika anak tidak mau tidur siang dan justru bermain ke luar rumah. Katakan pada mereka, “Kalau kamu tidak tidur siang, nanti malam akan cepat lelah”. Kalimat sederhana seperti ini akan lebih mudah diterima si kecil dan tetap rasional.
Jadi biasakan membuat alasan yang jujur, ya.
Source : https://berkeluarga.id/
Pada dasarnya, berbagi bukan sifat alamiah balita. Tetapi hal ini bisa Bunda ajarkan dan latih sehingga balita tahu bahwa berbagi merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain. Ini beberapa car...
Sebentar lagi, tahun baru Imlek akan tiba, dan tahun ini orang Tionghoa akan merayakan tahun anjing bumi. Bagi Bunda yang akan melahirkan setelah tahun baru Imlek, tentunya penasaran seperti apa karak...
Anak yang suka pilih-pilih makanan tak hanya berisiko kekurangan gizi. Dampak dari perilaku picky eater sebenarnya lebih luas lagi. Inilah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku picky ea...
Dunia pergaulan balita 4 tahun makin luas. Selain teman-teman di sekolah, ia juga bersosialisasi dengan beberapa teman tetangga. Wajar bila di antara cerita-cerita balita tentang teman-temannya, terse...