Tiap Bunda membawakan buku atau majalah untuk si kecil, ia selalu antusias untuk mengetahui isinya. Anak minta dibacakan cerita atau minta lembar kreativitasnya seperti mewarnai. Apa ini tandanya si k...
Kamis, 07 Desember 2023 | 17:00 WIB Penulis :
Mengajarkan toilet training masih menjadi PR banyak Ibu. Selain masih maju mundur melakukannya, nggak jarang para Ibu kebingungan memutuskan kapan waktu yang tepat untuk toilet training.
Beberapa Ibu memilih mengajarkan toilet training lebih awal, sebelum usia 3 tahun. Tapi banyak juga yang memilih untuk menunggu sampai anak berusia 3 tahun dengan alasan Ibunya yang belum siap mental.
Toilet training sejujurnya bukan hal mudah bagi seorang anak. Mereka menganggap ini adalah sebuah hal besar yang membutuhkan perjuangan. Mereka belajar berubah dari kebiasaan lama dan zona nyaman mereka, beralih ke kebiasaan baru.
Mempertimbangkan kapan harus pipis atau pup di toilet, bagaimana kalau sudah tidak tahan, overthinking di toilet nanti seram atau tidak, sampai ketakutan akan tenggelam saat duduk atau jongkok di toilet. Buat orang dewasa mungkin sederhana, tinggal duduk atau jongkok, lalu segera pipis atau pup. Nyatanya ini hal yang menurut anak-anak sangat rumit.
Selain itu, kesiapan anak sangat penting. Karena melansir dari Kids Health, toilet training tidak selesai dalam 1 malam. Bisa memakan waktu 3-4 bulan sampai anak benar-benar bisa menyesuaikan diri.
Idealnya, mengajarkan toilet training sebaiknya di usia 3 tahun. Sebab, pada usia ini rata-rata anak sudah lancar berkomunikasi untuk memberitahu bahwa mereka butuh ke toilet. Kondisi psikis anak-anak usia ini juga sudah lebih kokoh. Sehingga ahli menyarankan untuk toilet training dilakukan di usia ini.
Tapi, banyak orang tua yang bahkan sudah mulai mengajarkan toilet training di usia anak belum genap 1 tahun. Apakah ada dampak yang mungkin timbul jika mengajarkan toilet training terlalu dini?
Steve Hodges, MD, seorang profesor di bidang urologi anak menuliskan bahwa dari 100 anak/minggu yang datang memeriksakan diri, 50% di antaranya mengalami masalah berkemih. Mayoritas adalah anak-anak yang menjalani toilet training sebelum 3 tahun.
Hodges juga melakukan penelitian dan menarik kesimpulan bahwa toilet training terlalu dini menyebabkan disfungsi berkemih, atau masalah dalam berkemih, mulai dari mengompol di siang hari, konstipasi hingga infeksi.
Pada dasarnya, anak-anak yang belum mengenal konsep pergi ke toilet untuk buang air tidak ingin aktivitasnya terganggu dengan rutinitas ke toilet. Belum lagi ditambah pikiran-pikiran rumit tentang pergi ke toilet, atau reaksi orang tua ketika mereka mengompol atau pup di celana. Ini membuat anak lebih memilih untuk menahan pipis dan pupnya, di mana ini berakibat fatal.
Kandung kemih terdiri dari otot yang mampu berkontraksi. Ketika menahan pipis, otot di kandung kemih berkontraksi ke arah dalam. Ini menyebabkan kandung kemih jadi menebal dan ruang untuk air seni semakin mengecil. Jika dibiarkan dalam jangka waktu sangat lama, kandung kemih bisa saja tidak lagi memiliki ruang.
Menahan pup juga berakibat pada konstipasi. Perut terasa begah, feses semakin menumpuk dan membesar, serta semakin sulit keluar melalui anus.
Tidak bisa mengontrol keinginan pipis merupakan efek dari menahan pup. Ketika pup ditahan, rectum yang mulanya berdiameter 2 cm membesar jadi 10 cm. Karena letaknya yang dekat dengan kandung kemih, maka rectum yang membesar mendesak kandung kemih.
Akibatnya, pipis bisa keluar begitu saja tanpa bisa dikontrol anak. Syaraf yang mengontrol kandung kemih berada di antara kandung kemih dan usus. Ketika usus juga ikut bengkak, maka kandung kemih juga mengalami kontraksi.
Menahan pipis dan pup juga berakibat pada infeksi saluran kencing. Infeksi ini disebabkan karena bakteri dalam air seni dan feses bisa saling berpindah, mengingat letak kandung kemih dan rectum yang berdampingan.
Bakteri bisa saling berpindah dan menginfeksi saluran kencing. Anak-anak yang merasa tidak siap dan kebingungan mengkomunikasikan untuk pergi ke toilet kemungkinan besar mengalami ini jika mereka memilih untuk menahan pipis atau pup.
Untuk menghindari masalah kesehatan fisik dan psikis ketika mengajarkan toilet training, Ibu bisa mencoba tips ini, ya:
Mengajarkan toilet training mungkin tidak selalu mulus. Tapi bukan berarti tidak akan berhasil. Perluas kesabaran Ibu dan sebisa mungkin hindari marah-marah ketika anak masih mengompol atau buang air besar di celana dalamnya. Marah-marah hanya akan menambah beban stres anak dan membuatnya enggan mencoba.
Editor: Aprilia
Source : https://www.ibupedia.com/
Tiap Bunda membawakan buku atau majalah untuk si kecil, ia selalu antusias untuk mengetahui isinya. Anak minta dibacakan cerita atau minta lembar kreativitasnya seperti mewarnai. Apa ini tandanya si k...
Apakah gigi anak Anda tampak menguning, keropos dan nampak bercak kecoklatan, atau justru berlubang? Hati-hati. Ini bisa menjadi tanda anak Anda mengalami masalah gigi. Masalah gigi pada anak umu...
Radang usus buntu merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya pembengkakan pada bagian kelenjar apendiks. Penyakit ini dapat diderita Si Kecil apabila ia memiliki kebiasaan yang tidak baik...
Predikat 'hebat' tidak hanya dimiliki oleh ibu, Bunda sebagai ayah pun bisa memiliki predikat ini. Ayah hebat! Sudah siap menjadi ayah hebat? Tenang, tidak sesulit yang Bunda bayangkan,&n...