Rajinlah Menjawap Pertanyaan Si Kecil

Selasa, 28 Juni 2016 | 10:04 WIB Penulis : Erni Wulandari


Kok Balita Tidak Bosan-bosan Bertanya yah ?
 

  • Selalu ingin tahu. Bunda kerap frustrasi dan kesal dengan pertanyaan "mengapa". Memang begitu. Tuhan menciptanya juga sudah begitu. Mungkin itu jawaban Bunda atas pertanyaan balita empat tahun, Mengapa bintang ada di atas? Mengapa kuku kucing tajam? Mengapa ada angin? dan seterusnya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, Bunda frustrasi karena dua hal. Pertama, Bunda tidak tahu jawaban sebenarnya. Kedua, Bunda bingung menyusun kalimat sederhana yang dapat dimengerti anak. Akar dari rasa frustrasi ini adalah kesalahpahaman Bunda terhadap bahasa anak, dan berpikir ketika anak bertanya mengapa, sama seperti orang dewasa bertanya "mengapa". Jawaban sebab-akibat yang Bunda berikan kepada anak pun jauh dari tujuan, dan anak pun gagal terpuaskan.

 

  • Pahami bahasa anak. Saat lahir, satu-satunya cara anak berkomunikasi adalah dengan menangis. Ia menggunakan bunyi yang sama untuk mengatakan "saya lapar", "saya bosan", "popok basah nih" dan "Ibu, sini dong." Keajaiban terjadi saat Bunda mulai paham makna tangis bayi, dan menandai setiap tangisannya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginan berbeda. Ibarat dua penari yang masih canggung pada awalnya, Bunda dan anak kian mahir dalam saling memahami. Saat anak mulai belajar berkata-kata, kata-kata belum digunakan secara tepat seperti halnya orang dewasa. Ketika anak mengatakan "anjing", yang dimaksud adalah semua binatang. Tetapi, dengan berkembangnya keterampilan anak bicara, ia berbicara seperti orang dewasa. Ini terjadi bersamaan dengan berkembangnya rasa ingin tahu balita.

 

  • Bertanya terus. Anak-anak sangat ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi. Pertanyaan "mengapa" yang mereka ajukan sebenarnya bagian dari perkembangan perbendaharaan katanya. Sejak usia tiga tahun, anak menunjukkan kehausannya untuk memahami dunia sekitar. Ia sangat ingin berkomunikasi. Anak usia ini juga sangat termotivasi untuk belajar. Kata "mengapa" bukan semata untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk berkomunikasi. Di usia empat tahun, kata "mengapa" langsung dikaitkan dengan sesuatu seperti, "Mengapa anjing menggonggong?" Yang ada dalam pikiran anak saat ia bertanya "mengapa" adalah "Wah, menarik sekali. Ceritain dong, anjing itu apa?" Anak-anak usia ini tidak butuh penjelasan sebab-akibat. Mereka hanya butuh perhatian dan ingin Anda bercerita apa saja tentang sesuatu yang ditanyakan.
  • Menambah perbendaharaan kata. Pertanyaan "mengapa" yang terus-menerus memang melelahkan. Bunda kerap berharap "mengapa" itu segera berakhir. Meski begitu, Bunda tetap perlu sabar. Menjawab pertanyaan atau sekadar bercerita tentang topik yang diajukan anak merupakan "makanan" bagi rasa ingin tahunya. Jawaban-jawaban Bunda juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak dan memberi pemahaman lebih baik tentang arti kata.

 

Sumber : Ayah Bunda

Artikel Lainnya

Kita tahu bahwa menyikat gigi secara rutin bisa mencegah penyakit yang berkaitan dengan gigi. Termasuk masalah gigi berlubang. Nah, kebiasaan sikat gigi ini juga bisa kita tanamkan pada anak sejak tum...

Kesempatan bermain dengan bebas akan mendorong perkembangan yang sehat bagi si kecil. Ternyata ketika si kecil menggunakan imajinasi saat bermain, mereka akan lebih kreatif, tampil lebih baik di ...

Wajar bila isu stunting membuat Moms selalu waspada pada pertumbuhan tinggi si kecil, dan merasa cemas ketika perawakan anak tampak pendek. Namun tidak semua anak pendek adalah penderita stunting. Jan...

Menyapih adalah proses menghentikan kegiatan menyusui pada bayi. Masa penyapihan bisa dilakukan kapan saja, tergantung kesiapan ibunya. Umumnya masa penyapihan terjadi ketika bayi berusia 1 tahun hing...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................