Mitos Yang Masih Banyak Di Percaya

Senin, 15 Agustus 2016 | 10:34 WIB Penulis : Erni Wulandari


Selain stimulasi, nutrisi memegang peranan penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Sehingga, penting bagi orang tua memberi asupan dengan gizi seimbang pada si kecil.

Hanya saja, dalam kehidupan sehari-hari, kerap didengar berbagai mitos soal asupan bagi anak-anak yang dipercaya, meski kenyataannya tidak benar. Apa saja mitos tersebut?


1. Makanan manis bikin anak hiperaktif

Berbagai studi menyimpulkan tidak ada hubungan antara konsumsi gula dengan hiperaktivitas. Para ahli percaya anak bisa berperilaku tidak terkendali karena faktor lain seperti kurang tidur, pola makan yang buruk dan jarang beraktivitas fisik.
Namun, tetap penting untuk membatasi asupan gula bagi anak ya Bunda. dr Asri Maharani, MS, PhD mengatakan sejak dini, anak sebaiknya dibiasakan untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung gula. Gula bukan hanya berasal dari gula seperti gula pasir, tapi juga makanan yang mengandung gula.
Dalam keseharian, anjuran maksimal konsumsi gula yakni 4 sdm per orang per hari. Apalagi, makanan tinggi gula umumnya mengandung kalori yang cukup banyak.

2. Anak yang lebih muda lebih pilih-pilih makanan (picky eating)

Berapa pun usia anak, jika sejak kecil sudah dibiasakan mengonsumsi beragam jenis makanan, ia lebih rendah berisiko menjadi picky eater.
Pada prinsipnya, memberi makanan dengan variasi rasa sejak dini perlu dilakukan orang tua supaya anak bisa menerima rasa makanan apa saja. Apalagi, selera makan saat kecil akan terbawa sampai anak sudah dewasa sehingga perlu sekali mengenalkan variasi rasa pada anak sejak dini. Demikian disampaikan dr I Gusti Nyoman Ayu Partiwi, SpA.
"Sebagai contoh bayi yang nggak dikenalkan ikan laut sering kali orang tua takut karena takut alergi jadi nggak suka rasanya. Padahal belum tentu alergi dan boleh aja dicoba dikasih. Jadi mencoba rasa macam-macam sejak dini sangat perlu supaya anak nggak jadi picky eater".

3. Tak boleh gunakan garam dan gula untuk MPASI

Untuk penggunaan garam dan gula sebagai perasa, dr Tiwi mengatakan umumnya bayi mulai mengenal rasa di usia 7 sampai 8 bulan. Jika anak bisa mengonsumsi makanan tanpa garam tentu bagus, tapi bila bayi cenderung susah makan, sebetulnya penggunaan garam boleh saja, dengan jumlah secukupnya karena hanya sebagai pemberi rasa saja.
Perlu diingat pula bahwa garam juga ada di produk makanan lain seperti keju dan mentega. Sementara, untuk pemakaian gula, baik gula pasir atau gula merah sebaiknya juga jangan terlalu banyak karena bisa menyebabkan hilangnya nafsu anak untuk mengonsumsi makanan bergizi.
"Jangan takut pakai bumbu. Bawang putih, makanannya ditumis dengan mentega harus itu. Memang semakin anak makan makanan yang original rasanya itu bagus, tapi nggak semua anak bisa begitu. Kalau anak nggak mau makan, usia 8 bulan, dia kan udah tau rasa, ya kasih rasanya yang enak. Tapi kalau dari awal dia suka makanan yang original ya nggak apa-apa".

4. Alergi susu sapi pada anak tak akan hilang

Ketika anak alergi susu sapi, kondisi itu akan menghilang seiring bertambahnya usia. DR Dr Zakiudin Munasir, SpA(K), konsultan ahli alergi-imunologi dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan paling cepat, di usia 1 tahun anak sudah tidak alergi. Tapi umumnya, usia 3 tahun anak baru tidak mengalami alergi.
Ketika anak diketahui mengidap alergi protein susu sapi, si kecil bisa diberi soya (susu kedelai) formula. Nantinya, tiap enam bulan akan dicoba diberi susu sapi. Jika masih alergi, akan dicoba enam bulan kemudian. Meski begitu, ada pula anak yang berusia belasan tahun masih alergi pada protein susu sapi.
"Berarti itu alerginya berat sekali. Tapi nanti akan hilang kok" imbuh Dr Zaki

5. Oatmeal amat baik untuk balita

"Memang oatmeal baik untuk orang dewasa. Namun, mungkin itu kurang cocok untuk balita. Penting diingat oatmeal mengandung serat yang tinggi dan ini bisa 'memberatkan' sistem pencernaan balita," kata ahli gizi klinis Dr Nupur Krishan.

 

 

 

Sumber : Detik.com

Artikel Lainnya

Anak dengan Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD) yang tidak bisa diam dan sulit berkonsentrasi seringkali dianggap biang ribut di kelas saat sekolah. Namun, psikiater anak dan remaja dr. Git...

Memasuki usia dua tahun, anak perlahan-lahan sedang mengalami transisi dari bayi ke usia balita. Keterampilan berbicara dan memahami bahasa verbalnya semakin meningkat seiring dengan rasa ingin tahuny...

Manfaat madu untuk Si Kecil Manfaat yang bisa anak dapatkan dengan mengonsumsi madu secara rutin seperti berikut ini:   1. Meredakan Batuk dan Flu Saat Si Kecil terserang batuk, Moms ...

Di era digital seperti saat ini, teknologi mulai diperkenalkan kepada Si Kecil sejak usia sangat dini. Jadi, jangan heran jika kini banyak Moms yang memberikan gadget kepada Si Kecil, t...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................