Agar tumbuh kembang anak optimal, dibutuhkan asupan nutrisi yang memadai. Susu organik dapat menjadi salah satu pilihan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Selain itu, ada beragam manfaat susu org...
Selasa, 27 September 2016 | 09:56 WIB Penulis : Erni Wulandari
Anak Mudah Marah, Wajarkah? Contohnya saat menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya.
contohnya si kecil main di taman dekat rumah, anak pun berperilaku seperti itu, langsung marah dan ngamuk kepada temannya, yang ingin mengajak anak-anak lain bermain pasir bersama mereka berdua. Kenapa anak jadi mudah marah seperti itu, ya? Apa yang harus Bunda lakukan? Karena, tentu saja, Bunda tak mau ia tumbuh dewasa menjadi seorang pemarah, sehingga dijauhi teman-temannya, kan? Perilakunya wajar atau tidak?
Sebenarnya, menurut Devi Raissa, M.Psi., psikolog dari Rainbow Castle, klinik psikologi anak yang khusus menyediakan layanan terapi berbasis bermain, perilaku semacam itu wajar pada anak-anak usia balita. “Karena selama ini ia terbiasa berada di lingkungan rumah, yang hanya ada Ayah, Bunda atau kakak dan adik, sehingga belum tahu cara berperilaku dengan teman sebayanya,” kata Devi. “Di rumah, kan, kalau mau apa-apa, lebih dikasih dan dituruti. Kalau di luar rumah, belum tentu.”
Apalagi kemampuan anak balita untuk mengontrol atau meregulasi emosi maupun perilaku masih baru berkembang, sehingga ketika emosi hebat melanda, ia pun tak selalu mampu bersikap atau berperilaku tenang. “Kebanyakan masih belum tahu, ketika ada rasa tidak enak atau rasa enak, yang ia rasakan itu sebenarnya apa, sih? Anak belum tahu yang namanya marah, senang, sedih, dan lain sebagainya. Yang ia tahu, ketika ada rasa tidak enak, misalnya, ia cuma ingin rasa itu hilang. Bagaimana caranya? Ya, mungkin dengan memukul, langsung merebut balik mainannya yang dimainkan temannya, atau teriak,” kata Devi menjelaskan.
Namun, seiring dengan peningkatan kecerdasan anak, kemampuannya meregulasi emosi akan berkembang. Karena kemampuan meregulasi emosi memang berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan. Setiap anak yang kecerdasannya normal, pasti akan punya kemampuan untuk tenang. Hingga berumur 2 tahun, anak memang belum mengerti emosinya apa. Tetapi, memasuki usia 3 tahun, ia mulai bisa memahami bahwa pasti ada penyebab munculnya suatu emosi.
Bahkan, di usia 4-5 tahun, anak dapat menebak dengan tepat emosi yang muncul dalam dirinya, atau ditampilkan seseorang, serta penyebabnya, walau ia masih lebih sering mengira penyebab itu adalah faktor-faktor dari luar atau eksternal, bukan internal. Anak usia ini pun sudah bisa mengetahui, jika seseorang merasakan emosi tertentu, pasti akan bereaksi. Maka tak heran, misalnya, ketika anak marah, karena didorong temannya, ia akan langsung memukul temannya itu, atau berteriak tidak mau berteman lagi. Meskipun demikian, di akhir usia 4 tahun, anak sebenarnya mulai bisa mengetahui cara positif untuk membuat emosi negatif hilang. Misalnya, ia tahu bahwa ia akan menjadi lebih lega, jika saat menangis, kemudian Anda memeluknya. Atau, saat marah, ia merasa lebih lega begitu menangis.
Sumber : Parenting
Agar tumbuh kembang anak optimal, dibutuhkan asupan nutrisi yang memadai. Susu organik dapat menjadi salah satu pilihan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Selain itu, ada beragam manfaat susu org...
Kok anak saya suka warna pink yah.. Padahal dia anak laki-laki, hal ini wajar atau tidak ya ?? Sebenarnya Bunda tidak perlu khawatir dengan kesukaaan si kecil terhadap warna pink. Kesukaan akan war...
Sebagian anak balita perempuan senang mempunyai rambut panjang. Tahukah Moms, cara merawat rambut panjang anak perempuan sedikit berbeda dari merawat rambut pendek? Tidak seperti rambu...
Si kecil bisa di ajari menghargai tiap benda yang Bunda berikan padanya. Seperti yang diungkapkan psikolog Anastasia Satriyo MPsi, Psikolog memang penting bagi orang tua yang mengajari anak menghargai...