Siapkah Anak Belajar Di Sekolah ?

Jumat, 06 Januari 2017 | 09:15 WIB Penulis : Erni Wulandari


Tiap Bunda membawakan buku atau majalah untuk si kecil, ia selalu antusias untuk mengetahui isinya. Anak minta dibacakan cerita atau minta lembar kreativitasnya seperti mewarnai. Apa ini tandanya si kecil sudah siap belajar di sekolah bersama anak-anak sebayanya? Ketertarikan kepada hal-hal baru memang bisa jadi tanda kesiapan mental anak.
Beberapa tanda berikut bisa Bunda jadikan sebagai indikator anak siap belajar di sekolah dan cara yang bisa Bunda lakukan sebagai orang tua untuk memotivasi si kecil :

1. Saat anak sering bertanya dan selalu ingin tahu kepada hal-hal baru, berarti dia memiliki ketertarikan belajar dan terlibat dalam kegiatan belajar.
Bunda bisa membantu dengan cara :
* Bantu anak meningkatkan motivasi belajarnya dengan mengembangkan perasaan positif setiap kali ia melakukan kegiatan belajar. Tujuannya agar anak menjadi ulet sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.
* Berikan contoh yang menunjukan bahwa orang tua juga senang belajar. Caranya adalah memalui kegiatan diskusi, mencoba resep masakan baru dan membaca buku bersama anak.
* Beri penghargaan atau pujian saat anak menunjukan hasil karnyanya. Sebutkan secara spesifik alasan karyanya itu layak dipuji. Misalkan waaah bagus sekali, warnanya rapi.
* Apabila anak bertanya jawablan dengan pertanyaannya dengan antusias.

2. Mengenali konsep dasar
* Ajarkan konsep geometri dasar kepada anak melalui permainan. Misalnya saat anak bermain masak-masakan Bunda dapat meminta ia membuat dua buah kue yang satu berukuran besar dan yang satu berukuran kecil.
* Secara bergantian dengan anak, sebutkan nama-nama benda di dalam rumah yang berbentuk segitiga, persegi dan lingkaran.
* Minta anak mengerjakan tugas-tugas sederhana. Misalnya tolong taruh piring di atas meja atau tolong ambilkan telur di kulkas.

3. Mandiri
Anak yang mandiri memiliki kemampuan dan kemauan memilih serta memutuskan suatu tindakan sendiri tanpa atau dengan pengawasan yang seminimal mungkin dari orang tua. Ia juga mempunyai inisiatif dan mengembangkan rasa tanggung jawab sendiri. Secara keseluruhan ia memiliki keuletan dalam mengerjakan sesuatu dan jiwa kepemimpinan.

Bantu anak dengan cara:
- Berikan contoh. Saat Anda akan mengajari anak mengikat sepatu, lakukan secara perlahan agar anak dapat meniru dan belajar.
- Memecah tugas yang kompleks ke dalam langkah-langkah yang sederhana. Misalnya, mengajarkan sikat gigi dimulai dari bagaimana cara membubuhkan pasta gigi pada permukaan sikat.
- Berikan kesempatan kepada anak melakukan berbagai hal sendiri. Lakukan juga dengan konsisten. Bila Bunda meminta anak makan sendiri, sebaiknya kebiasaan ini dilakukan terus-menerus.
- Membuat aturan jelas. Misalnya, setiap selesai bermain, harus membereskan kembali mainannya. Jika aturan ini dilanggar, Bunda dapat membuat perjanjian berupa hukuman apa yang akan ia terima.

4.  Mampu Berkonsentrasi
Anak yang sudah bisa berkonsentrasi dapat dilihat dari kemampuannya memberikan perhatian penuh pada suatu kegiatan dan cenderung tidak mengalami  5L (lemah, letih, lesu, lalai, dan lelah). Lewat kemampuan ini, anak dapat memahami apa yang sedang ia pelajari dengan cepat. Anak usia 3-4 tahun seharusnya dapat memusatkan perhatian selama kurang lebih 9-12 menit, sedangkan pada anak usia 5-6 tahun, 15-18 menit.

Bantu anak dengan cara:
- Meminimalkan benda-benda yang tidak relevan dengan kegiatan yang sedang dilakukan anak. Misalnya, menyimpan gadget sementara anak sedang membaca buku.
- Memberi batasan yang jelas terhadap tugas yang harus dikerjakan. Misalnya, tebalkan titik-titik di gambar 1 dan 2, ya.
- Sesuaikan aturan lama waktu anak melakukan suatu kegiatan dengan kemampuan konsentrasi anak. Misalnya, tidak menuntut anak mewarnai selama lebih dari 30 menit.
- Tidak membebani anak beragam kegiatan atau banyak mainan dalam satu waktu.
 
5. Mahir Berkomunikasi
Bukan hanya mampu berbicara dan mengerti perkataan orang lain, anak yang memiliki kemampuan komunikasi juga dapat berinteraksi dengan orang lain, dan mengikuti instruksi menggunakan kata-kata secara tepat. Misalnya, anak berbicara dengan artikulasi yang jelas. Mengucap “susu” bukan “cucu”, dan dapat berbicara dengan kalimat yang terdiri dari 3-5 kata. Misalnya, “Aku mau main bola.”

Bantu anak dengan cara:
- Berikan contoh cara pengucapan kata yang tepat. Apabila anak salah mengucapkan kata, segera koreksi dan bukan dianggap lucu, apalagi malah diikuti.
- Membaca buku cerita dengan melibatkan anak dan memberi pertanyaan tentang isi buku, “Kira-kira kenapa, ya, singanya marah?”
- Menumbuhkan kebiasaan saling menceritakan pengalaman yang bisa dilakukan menjelang tidur atau setelah kegiatan makan bersama.
 
6. Bisa Mengendalikan Emosi
Anak yang mampu mengendalikan emosi berarti ia dapat menampilkan emosi secara tepat dan tidak berlebihan. Ia juga tidak mudah marah dan kesal saat belajar sehingga hasil belajarnya lebih optimal. Contoh perilakunya antara lain, anak akan cemberut saat tidak dibelikan mainan kesukaannya, tetapi tidak sampai menangis berguling-guling. Ia juga tidak mudah marah, jika mainannya direbut oleh adiknya.

Bantu anak dengan cara:
- Ajari anak mengenali emosi dan ekspresinya. Misalnya mengatakan, “Kamu, kok, senyum-senyum terus dari tadi. Lagi senang, ya?”
- Menjadi model untuk anak dengan menunjukkan cara pemecahan masalah tanpa amarah. Mengungkapkan kasih sayang kepada anak, bersikap tenang dan hangat, yang kelak akan ditularkan anak kepada orang-orang di sekitarnya.
- Menyediakan waktu bersama untuk saling berbagi cerita terkait dengan emosi. Misalnya, “Apa yang membuatmu kesal hari ini? Apa yang kamu lakukan?” Apabila emosi yang ditunjukkan anak kurang tepat, Bunda dapat membantu memberi arahan yang tepat untuknya.  

Artikel Lainnya

Menyikat gigi secara rutin memang bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga gigi dan mulut anak. Namun perlu diingat, bahwa itu saja tidak cukup. Ada berbagai gangguan yang bisa muncul bila anak tida...

Pemberian MPASI pertama untuk bayi yang mulai makan seringkali bikin mom pusing. Padahal sebenarnya, MPASI pertama tidak semenyeramkan itu, kok, mom . MPASI juga perlu memerhatikan kompos...

Ketika sudah waktunya makan, seorang ibu muda bergegas menyiapkan menu makan untuk anak batita-nya (berusia di bawah tiga tahun). Si ibu mendekati anaknya yang berusia 17 bulan. Malang, setelah bersus...

Jakarta - Membuat anak tumbuh cerdas enggak cuma dengan memberikan asupan yang bergizi, Bun. Mereka juga butuh stimulasi, salah satunya dengan mainan. Nah, ternyata mainan bisa membuat anak tumbuh cer...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................