Penyebab Diare pada Bayi dan Cara Menanganinya

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:54 WIB Penulis :


Angka kematian bayi dan balita akibat diare masih tergolong tinggi. Di seluruh dunia, sekitar 525.000
bayi dan balita meninggal karena diare setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, persentase kematian bayi
akibat diare masih cukup tinggi, yaitu sekitar 25–30%.
Berbagai Penyebab Diare pada Bayi
Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya:
? Gastroenteritis dan infeksi usus akibat virus, bakteri, dan parasit
? Keracunan makanan, khususnya pada bayi yang sudah mengonsumsi MPASI
? Terlalu banyak mengonsumsi jus buah
? Alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu
? Intoleransi susu sapi
Bayi yang sudah mulai mengonsumsi MPASI dan sedang mengalami diare, disarankan untuk
menghindari makanan berminyak, berserat tinggi, mengandung banyak gula, dan susu sapi. Hal ini karena
jenis makanan dan minuman tersebut dapat memperburuk gejala diare pada bayi.
Mengenal Arti Tekstur dan Warna Tinja Bayi
Tanda dan gejala utama bayi diare adalah buang air besar lebih sering dengan tekstur tinja encer atau
mencret. Oleh karena itu, Bunda dapat mendeteksi diare pada Si Kecil dengan melihat perubahan tekstur
dan warna fases bayi diare.
Namun, walau tidak terkena diare, bayi yang mengonsumsi ASI terkadang juga dapat menghasilkan tinja
yang lebih cair. Dengan demikian, Bunda perlu berhati-hati dalam membedakan tinja pada bayi diare dan
bayi yang mengonsumsi ASI.
Sementara itu, tinja yang berbentuk bulatan kecil dan keras dapat menjadi pertanda bayi
mengalami konstipasi. Berikut ini adalah arti warna tinja yang dapat menjadi panduan Bunda untuk
mendeteksi kondisi kesehatan Si Kecil:
? Hijau kehitaman atau disebut juga mekonium merupakan tinja yang muncul ketika bayi baru
lahir.
? Cokelat muda atau cokelat kekuningan merupakan warna tinja bayi yang mengonsumsi susu
formula.
? Hijau kecokelatan merupakan warna tinja yang umum pada bayi berusia sekitar 5 hari.
? Kuning kehijauan merupakan warna tinja bayi yang setelah lahir mengonsumsi ASI.
? Cokelat pekat merupakan warna tinja bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat.
Warna dan tekstur tinja bayi pun akan berubah seiring bertambahnya usia dan jenis makanan yang
dikonsumsi.
Memerhatikan Gejala dan Dampak Diare pada Bayi
Bila Si Kecil masih berusia di bawah 6 bulan dan mengalami diare, sebaiknya segera periksakan ke
dokter, terutama jika ia menunjukkan beberapa tanda dan gejala berikut ini:
? Muntah-muntah
? Lesu
? Tinja berwarna hitam atau putih
? BAB berdarah atau bernanah
? Rewel dan tampak kesakitan
? Demam

? Tidak mau menyusu dan susah makan
Diare bisa menyebabkan tubuh bayi banyak kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga dapat memicu
dehidrasi. Jika terlambat ditangani, kondisi ini bisa membahayakan nyawa bayi.
Oleh karena itu, Bunda perlu lebih waspada dan segera membawa Si Kecil ke dokter jika ia mengalami
diare beserta tanda dan gejala dehidrasi pada bayi berikut ini:
? Mulut kering
? Tidak mengeluarkan air mata saat menangis
? Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya atau justru tidak berkemih sama sekali
? Kulit terlihat lebih kering
? Terlihat sangat lemas dan sering mengantuk
Cara Mengobati dan Mencegah Diare pada Bayi
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun,
bayi tetap perlu mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang cukup selama diare.
Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan diare pada bayi yang dapat Anda lakukan di rumah:
1. Memberikan ASI dan cairan elektrolit
Bayi berusia di bawah 6 bulan yang mengalami diare dapat diatasi dengan pemberian ASI lebih sering.
Hal ini karena ASI mengandung nutrisi yang diperlukan untuk menggantikan cairan dan nutrisi yang
hilang selama BAB.
Selain itu, ASI juga mengandung antibodi yang dapat membantu bayi melawan bakteri atau virus
penyebab diare. Pada bayi berusia di atas 6 bulan, pemberian ASI boleh dilanjutkan sambil diselingi
pemberian cairan rehidrasi oral, seperti oralit atau air tajin, setiap kali ia BAB dan muntah.
2. Memberikan suplemen zinc
Suplemen zinc dapat diberikan untuk mengatasi diare pada balita. Menurut WHO dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), bayi yang mengalami diare akut dapat diberikan suplemen zinc selama 10–14 hari.
Dosis pemberian suplemen zinc pada bayi berusia di bawah 6 bulan adalah sekitar 10 mg per hari,
sedangkan pada balita 20 mg per hari. Untuk menentukan dosis dan cara pemberian suplemen yang benar,
Bunda bisa berkonsultasi ke dokter anak.
3. Memberikan probiotik
Beberapa riset menunjukkan bahwa pemberian probiotik bisa mendukung proses penyembuhan dan
mempercepat pemulihan bayi yang mengalami diare. Oleh karena itu, Bunda dapat memberikan Si Kecil
suplemen atau makanan yang mengandung probiotik saat ia terkena diare.
Melihat bahaya diare bagi kesehatan bayi, mulai sekarang Bunda perlu lebih cermat dalam menjaga
kesehatan saluran cerna bayi. Sebab, pencernaan adalah organ paling penting selama 1000 hari pertama
kehidupan bayi. 
Dengan saluran cerna yang sehat, bayi tidak hanya terhindar dari bahaya diare, tetapi segala nutrisi yang
diberikan oleh Bunda bisa terserap dengan baik sehingga tumbuh kembang dan berat badan bayi akan
bertambah sesuai usianya.
Untuk mencegah diare, Bunda perlu melakukan tindakan pencegahan diare pada bayi dengan beberapa
cara berikut ini:
? Mencuci tangan sebelum menyiapkan susu dan makanan bayi, serta setelah mengganti popoknya
? Mencuci tangan Si Kecil, terutama setelah ia bermain, menyentuh benda kotor, atau setelah buang
air kecil dan buang air besar
? Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, termasuk mainan dan benda lain yang sering
disentuh Si Kecil
? Memberikan ASI eksklusif secara rutin
? Memastikan kebersihan dan kesterilan botol susu atau peralatan MPASI yang digunakan
? Memberikan imunisasi bayi, misalnya vaksin rotavirus
Kapan Diare pada Bayi Perlu Ditangani oleh Dokter?

Diare pada bayi dan anak-anak tidak selalu membutuhkan antibiotik. Pemberian obat antibiotik hanya
ditujukan pada kasus diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Oleh karena itu, penggunaannya harus
berdasarkan saran dari dokter.
Pada kasus diare berat yang menyebabkan Si Kecil kehilangan banyak cairan atau dehidrasi, sebaiknya
segera bawa ia ke dokter. Dokter kemungkinan akan memberikan cairan infus guna menggantikan cairan
tubuh yang hilang karena diare sekaligus mengatasi dehidrasi yang dialaminya.
Bila diare yang dialami Si Kecil tak kunjung sembuh dalam waktu 2 hari atau kondisinya semakin parah,
segera bawa ia ke dokter supaya bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Hal ini penting dilakukan
untuk mencegah komplikasi diare pada bayi yang berbahaya, seperti dehidrasi dan syok.
Source: alodokter.com

Artikel Lainnya

Pernahkan Moms melihat Si Kecil terlihat sangat gelisah saat tidur malam atau malah sulit tidur? Bayi belum bisa mengatakan apa yang mereka rasakan, juga belum mengerti apa itu mimpi. Saat pertama ...

Mencukur rambut bayi memang menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua. Jika tidak dilakukan dengan cara yang benar dan hati-hati, justru bisa menyebabkan bayi terluka. Namun, Moms tidak ...

“Kulit lembut seperti bayi” adalah simile yang umum digunakan untuk memuji kulit indah. Namun, para ibu tahu bahwa tidak mudah mempertahankan kehalusan kulit bayi. Di tahun-tahun awal kehi...

Menangis adalah hal pertama yang dilakukan bayi saat lahir ke dunia. Bukan sekadar tangisan biasa, tapi sering kali terdengar seperti jeritan yang sangat keras. Namun, tangisan ini justru membawa keba...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................