Waspada Asupan Glukosa Bayi Selama Masa Kehamilan

Senin, 05 September 2016 | 14:47 WIB Penulis : Erni Wulandari


Saat masa mengandung, glukosa atau gula darah merupakan sumber kalori utama janin selama berada di dalam rahim. Janin memiliki jumlah glukosa sekitar 2/3 dari kadar gula darah ibu. Saat terputusnya plasenta dalam proses melahirkan, asupan glukosa dari ibu ke bayi pun akan terhenti. Bayi yang lahir normal sesuai dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dapat mempertahankan kadar gula darah 50 – 60 mg/dl selama 72 jam.

Sedangkan bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) memiliki kadar gula darah 45mg/dl. Apabila kurang dari 45mg/dl, bayi akan masuk dalam kategori hipoglikemia. Pemeriksaan glukosa atau gula darah dilakukan pada bayi yang baru lahir dan dokter akan memantau gula darah bayi selama 72 jam kedepan, karena kadar insulin bayi cukup tinggi pada saat proses persalinan.

Karenanya, pemeriksaan kadar gula saat bayi lahir merupakan langkah cepat untuk menangani risiko bayi mengalami hipoglikemia. Jika tidak segera ditangani, bayi dengan hipoglikemia dapat mengalami kerusakan sel otak secara permanen yang mengakibatkan kejang, risiko cacat bahkan kematian. Ada 5 kategori bayi baru lahir yang memiliki risiko tinggi mengalami hipoglikemia, antara lain:

1. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Bayi BBLR disebabkan karena mengalami malnutrisi selama di dalam kandungan, yang mengakibatkan rendahnya cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total. Glikogen adalah karbohidrat yang tersimpan dalam jaringan tubuh. Hati mampu mengubah makanan menjadi glikogen, namun jika diperlukan, hati mampu mengubah glikogen menjadi glukosa kembali.

Metabolisme bayi BLBR terjadi sangat cepat karena bayi menggunakan glukosa lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan normal. Hal ini yang menyebabkan kadar gula darah bayi BBLR cepat menurun.

Bayi BBLR yang termasuk dalam kondisi rawan, antara lain:

  • Bayi dengan berat badan kurang dari 2.000 gr.
  • Bayi yang masih kecil menurut usia kehamilan.
  • Bayi yang memiliki plasenta abnormal.
  • Bayi kembar yang salah satunya lebih kecil 25 % atau lebih dibandingkan kembarannya.
  • Bayi yang mengalami polisitemia, dimana volume total sel darah merah di atas normal.
  • Bayi yang lahir dari ibu yang menderita toksemia atau keracunan saat hamil.

2. IBU YANG MENGALAMI HIPERTENSI SAAT HAMIL

Hipertensi saat hamil dan persalinan dapat membuat bayi mengalami stres yang membuat metabolisme bayi berjalan cepat dan memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan bayi normal.

3. BAYI YANG MENDERITA HIPERINSULIN

Ibu pengidap diabetes melitus dan diabetes gestasional (diabetes saat kehamilan), akan mentransfer glukosa secara berlebihan pada janin dan respon insulin pun jadi meningkat sehingga bayi beresiko mengalami hipoglikemia.

4. BAYI YANG LAHIR MELEBIHI HARI PERKIRAAN LAHIR (HPL)

Bayi yang lebih bulan atau melebihi HPL, memiliki jalur plasenta yang fungsinya sudah tidak maksimal dan asupan glukosa juga berkurang sehingga bayi menggunakan cadangan glikogennya sendiri. Setelah lahir jumlah glikogen pun tinggal sedikit hingga bayi mudah terkena hipoglikemia.

5. KONDISI ABNORMAL BAYI

Beberapa kondisi abnormal bayi yang beresiko menderita hipoglikemia, di antaranya bayi yang terlalu kecil, menderita susah napas, asfiksia perinatal, polisitemia, hiportemia, infeksi sistemik dan bayi yang mengalami kelainan jantung.

Lalu bagaimana cara mencegah dan mengobatihipoglikemiapada bayi yang baru lahir? Lakukan segera Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sesaat setelah Bunda melahirkan. ASI dipercaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan metabolik untuk bayi yang baru lahir. Kolostrum pada ASI bermanfaat untuk mengatasi kadar gula darah rendah. Bahkan disarankan bagi ibu hamil dengan usia kehamilan memasuki umur 35 – 36 minggu untuk memerah kolostrum dengan menggunakan tangan.

Kolostrum berfungsi sebagai suplemen pengontrol gula darah sehingga bayi tidak perlu diberikan susu formula. Tidak hanya ASI, kehangatan pelukan ibu dan bayi saat IMD dapat meningkatkan kadar gula darah. Namun jika bayi Bunda sudah divonis beresiko hipoglikemia, pantauan dokter akan dibutuhkan hingga bayi benar-benar aman untuk dibawa pulang.

 

Sumber : Parents.co.id

Artikel Lainnya

Salt therarpy terbagi menjadi dua kategori utama: Terapi Garam Basah dan Terapi Garam Kering. Masing-masing memiliki metode penerapannya sendiri yang bisa Moms lakukan di rumah. Berikut di ant...

Orang tua pasti punya naluri untuk selalu melindungi anaknya, terutama yang masih balita. Saking besarnya naluri itu, sebagian bahkan selalu memakaikan alas kaki ketika si Kecil bermain. Padahal, ada ...

Vitamin A adalah salah satu komponen yang diperlukan oleh tubuh pada berbagai usia, termasuk anak-anak. Vitamin A terkenal dengan manfaat baiknya untuk mata. Tapi tidak hanya itu, vitamin ini juga mem...

ISK pada ibu hamil adalah hal yang umum terjadi dan ini juga merupakan penyakit umum yang kerap menyapa perempuan. ISK pada ibu hamil wajib diperiksakan supaya mendapat pengobatan yang tepat karena bi...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................