Melihat Si Kecil selalu aktif dan ceria adalah kebahagiaan bagi semua orang tua. Namun, tidak jarang aktivitas anak membuat Moms khawatir dengan kesehatannya. Ya Moms, pada masa balita, Si Kecil serin...
Kamis, 25 Februari 2021 | 11:20 WIB Penulis :
Bagi sebagian besar anak, matematika bagaikan momok yang menghantui kehidupan akademisnya. Mereka kebingungan saat dihadapkan dengan angka-angka dan rumus. Bahkan, pada banyak kasus, anak tidak mengalami masalah pada mata pelajaran lain. Hanya matematika saja yang membuat mereka merasa putus asa.
Banyak orangtua yang merasa khawatir saat melihat nilai akademis matematika anak lagi-lagi tak memuaskan. Karena, bagaimana pun juga, sekolah-sekolah di Indonesia masih menjadikan matematika sebagai mata pelajaran utama dengan standarisasi nilai tertentu yang harus dicapai anak.
Meski telah dilakukan berbagai cara untuk memperbaiki nilai matematikanya, tetapi upaya ini tak kunjung mengalami peningkatan. Bahkan jika diamati lebih lanjut, anak seringkali tak dapat memahami rumus-rumus matematika yang diajarkan kepadanya, meski telah diberikan penjelasan yang paling sederhana sekalipun. Apa yang sebenarnya terjadi ya?
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak kesulitan memahami pelajaran matematika. Bisa jadi karena anak memang membenci pelajaran matematika, bisa juga karena ia mengalami dyscalculia. Apa itu dyscalculia?
Dilansir dari psychologytoday.com, dyscalculia merupakan gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami ketidakmampuan memahami dan mengolah informasi matematis, terutama dalam hal aritmatika.
Kondisi ini bukanlah gangguan kesehatan mental, melainkan ketidakmampuan belajar non-verbal yang menyebabkan anak kesulitan menghitung, memahami simbol-simbol matematika dan cara mengoperasikannya, kesulitan membedakan dan mengingat bentuk angka serta mengartikannya, memahami orientasi waktu dan bahkan tak jarang mengalami kesulitan dalam memahami bentuk benda.
Penelitian menyebutkan, dyscalculia sebenarnya bisa dianggap sebagai disleksia matematika. Disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, mengeja, dan mengulang kata-kata.
Pada tahap lanjut, dyscalculia seringkali dikatikan dengan gangguan attention deficit hyperactivity atau ADHD, di mana sekitar 60 persen penderitanya juga mengalami kesulitan memahami matematika.
Anak dengan dyscalculia umumnya memiliki kesulitan menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi angka. Mereka pun cenderung sulit memecahkan masalah yang terkait menghitung uang.
Kemampuan matematis penderita dyscalculia seringkali tidak konsisten. Di satu waktu, ia bisa berhitung dengan baik. Tetapi keesokan harinya ia lupa sama sekali bagaimana cara berhitung yang kemarin dikuasainya.
Dampak dyscalculia lainnya adalah seseorang jadi gampang tersesat, lupa dengan waktu, mudah bingung, bahkan kesulitan untuk mengingat nama atau mengasosiasikan wajah dengan nama.
Dilansir dari psychologytoday.com, hingga hari ini belum diketahui secara pasti penyebab dyscalculia. Namun, diduga kondisi terjadi akibat gangguan pada area otak yang memroses informasi berupa angka. Dugaan penyebab lain adalah faktor genetik yang terjadi pada tiga hingga enam orang dari 100 orang di seluruh dunia.
Selain itu, dyscalculia disebut-sebut berkaitan dengan faktor psikologis. Misalnya, anak pernah mengalami trauma atau ketakutan berlebihan atas matematika. Bisa pengalaman buruk terkait pengajar matematika, atau dipermalukan karena tidak bisa menjawab pertanyaan di depan kelas.
Jika anak mengalami dyscalculia, berikut ini saran dari Popmama.com untuk para orangtua:
Itulah hal-hal yang perlu Mama pahami tentang dyscalculia. Penting diingat, anak dengan dyscalculia tidaklah bodoh. Tetapi, ia harus melewati proses yang lebih panjang dalam memahami segala hal yang berkaitan dengan matematika. Jadi, dukunglah ia dan jangan biarkan ia patah semangat. Karena jika di bidang ini ia memiliki kekurangan, yakinkan bahwa ia tetap bisa sukses di bidang lain.
Source: popmama.com
Melihat Si Kecil selalu aktif dan ceria adalah kebahagiaan bagi semua orang tua. Namun, tidak jarang aktivitas anak membuat Moms khawatir dengan kesehatannya. Ya Moms, pada masa balita, Si Kecil serin...
Menginjak usia 3 tahun, pada dasarnya balita tidak akan sulit belajar sopan santun. Ia akan senang meniru dan mengingat perilaku sopan seperti yang Anda contohkan. Yang bisa Anda lakukan: Mengaj...
Fakta medis di balik mitos 40 hari Menurut dokter kebidanan dan kandungan dr. Benny Johan Marpaung, Sp. OG., secara medis tidak ada kondisi khusus yang melarang ibu untuk keluar rumah setelah melah...
Si kecil bisa di ajari menghargai tiap benda yang Bunda berikan padanya. Seperti yang diungkapkan psikolog Anastasia Satriyo MPsi, Psikolog memang penting bagi orang tua yang mengajari anak menghargai...