Anak Demam Lebih 3 Hari, Haruskah Antigen dan Dibawa ke Rumah Sakit?

Selasa, 29 Maret 2022 | 14:33 WIB Penulis :


Demam menjadi salah satu gejala yang paling sering dialami anak-anak. Meskipun demam biasa terjadi pada anak rasanya tetap khawatir ya, Bunda, kalau anak sakit dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

Sebelum membahas demam lebih jauh, perlu dipahami nih, Bunda, demam sendiri merupakan gejala dan respons tubuh yang sering terjadi ketika sedang sakit. Belakangan, demam menjadi gejala khas dari virus COVID-19, Bunda.

Lalu apakah anak yang demam harus tes antigen?

Seorang anak dikatakan demam apabila kondisi suhu tubuh lebih dari normal. Suhu tubuh normal anak adalah 36,5 sampai 37,5 derajat Celcius. Artinya, anak dikatakan demam bila suhu tubuh sudah lebih dari 37,5 derajat Celcius.

Ada pula yang dikenal dengan subfebris, yakni kondisi pra-demam atau suhu di antara 37,5 sampai 38 derajat Celsius. Jadi, anak juga bisa dikatakan demam bila suhu tubuhnya mencapai lebih dari 38 derajat Celcius.

Demam sebenarnya adalah reaksi normal tubuh akan masuknya kuman, seperti virus, bakteri, atau jamur. Suhu tubuh naik menjadi reaksi tubuh untuk membunuh kuman, Bunda.

Penyebab demam pada anak

Demam pada anak bisa disebabkan karena 6 hal, yakni:

  1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, atau jamur.

  2. Pasca imunisasi, di mana bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan respons mirip infeksi.

  3. Suhu lingkungan seperti panas atau bayi dibedong terlalu lama.

  4. Penyakit autoimun sehingga tubuh menimbulkan reaksi imunitas berlebihan dan menyebabkan demam berkepanjangan.

  5. Keganasan, penyakit seperti kanker atau tumor.

  6. Dehidrasi atau kekurangan cairan, sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat.

Pertolongan pertama anak demam

Sebelum menangani demam, Bunda perlu memastikan dulu suhu tubuh anak di atas 37,5 derajat Celcius melalui pemeriksaan dengan termometer. Jangan hanya memastikan demam dari sentuhan di kulit ya.

Bila sudah dipastikan demam, berikut pertolongan pertama yang bisa dilakukan Bunda di rumah:

  1. Bunda tidak boleh panik supaya bisa memberikan pertolongan secara objektif.

  2. Tenangkan anak saat mulai demam dan rewel.

  3. Penuhi asupan cairan agar anak tidak mengalami dehidrasi.

  4. Kompres air hangat di lokasi yang tepat. Pada anak usia di bawah 2 tahun kompres hangat bisa di ubun-ubun kepala. Selain itu dapat kompres di ketiak, leher, atau selangkangan.

  5. Memberikan obat penurun panas seperti parasetamol. Obat ini dapat diberikan bila suhu tubuh di atas 38 derajat atau di atas 37,5 derajat saat anak mulai terlihat tidak nyaman atau rewel. Pemberian parasetamol bisa diberikan berulang dengan jeda 6-8 jam kalau anak masih demam.

Kapan anak harus dibawa ke dokter saat demam tak kunjung turun?

Bunda perlu melihat kondisi anak selama demam sebelum membawanya ke dokter. Anak bisa segera dibawa ke dokter bila suhu tubuhnya di atas 37,5 sampai 38 derajat Celcius disertai rewel dan rasa tidak nyaman.

Rasa tidak nyaman ini juga dapat berupa anak tidak mau makan, mual dan muntah, atau lemas. Begitu anak sudah menunjukkan keluhan tersebut, jangan tunda ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Asupan nutrisi saat anak demam

Asupan nutrisi atau makan anak saat demam akan menyesuaikan kondisi yang menyertai. Kondisi ini biasanya disebabkan karena infeksi, seperti diare, batuk, atau pilek.

Namun, kebutuhan utama anak saat demam yang harus dipenuhi adalah cairan sesuai berat badan dan usianya. Pemenuhan cairan tak harus dari air putih, tapi juga bisa ASI atau makanan berkuah lainnya.

Beda demam COVID-19 dan sakit lain pada anak

Sejauh ini, tidak ada perbedaan khas untuk demam karena COVID-19 atau sakit lain yang dialami anak-anak. Tapi, pada COVID-19 yang disebabkan virus, suhu tubuh demam biasanya cenderung lebih tinggi, yakni antara 39 sampai 40 derajat Celcius.

COVID-19 disebabkan virus yang responsnya bisa berdampak pada saluran napas. Pada umumnya, demam karena COVID-19 dapat disertai munculnya gejala di saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, atau sesak napas. Pada anak, gejala COVID-19 lainnya dapat disertai ruam dan diare.

Demam pada COVID-19 juga sulit dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau tipes. Sejauh ini, tidak ada pola pasti demam pada COVID-19.

Gejala varian terbaru COVID-19 bahkan bisa tanpa disertai demam, Bunda. Tapi, Kalau anak mengalami demam disertai gejala sesak napas, itu mungkin karena COVID-19. Apalagi, kalau anak ada kontak langsung dengan orang yang positif.

Untuk memastikan anak demam karena COVID-19 atau tidak, anak perlu dites antigen atau PCR.

Tes antigen dan PCR saat anak demam

Demam adalah reaksi tubuh akan masuknya infeksi atau kuman. Saat kuman masuk, 'tentara' dalam tubuh akan membasminya sehingga menimbulkan respons demam.

Ketika 'tentara' berhasil mengalahkan kuman, maka tubuh anak bisa kembali sehat dan demam hilang. Tapi, bila 'tentara' gagal mengalahkan kuman karena imunitas anak rendah, maka demam bisa berlanjut lebih dari sehari.

Nah, proses dari masuknya kuman sampai anak menjadi sakit ini disebut masa inkubasi. Selama periode ini, hasil laboratorium bisa berubah dalam mendeteksi kuman atau virus COVID-19.

Meski begitu, hasil tes antigen hanya akurat bila dilakukan di waktu yang pas, yakni setelah 3 hari demam atau anak kontak langsung dengan orang yang positif.

Berikut ketentuan hasil tes antigen anak:

  1. Bila hasil tes antigen reaktif disertai gejala COVID-19, anak bisa dipastikan positif COVID-19 tanpa harus melakukan tes PCR.

  2. Bila hasil antigen reaktif tapi tidak bergejala, harus dilanjutkan dengan tes PCR untuk memastikan kondisi anak.

Kalau anak sudah ada demam dan bergejala seperti batuk atau pilek, Bunda bisa langsung mengecek dengan tes antigen. Bila sudah mengarah ke COVID-19 dan anak memiliki penyakit komorbid, lebih baik untuk melakukan tes PCR.

Tapi, kalau anak sudah demam 2 sampai 3 hari, Bunda sebaiknya segera bawa anak ke dokter untuk memastikan sakitnya ya. Tes antigen, tes PCR, hingga pemeriksaan darah mungkin dibutuhkan untuk mencari penyebab sakit.

Perlu diketahui, tidak semua anak yang positif COVID-19 harus menjalani pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini hanya ditujukan pada anak dengan gejala sedang, berat, serta anak yang mengidap Multisystem Inflammatory Syndrome in COVID-19 (MIS-C). Bila anak positif COVID-19 tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, kita tidak perlu melakukan pemeriksaan darah.

Tes antigen dapat dilakukan saat demam tak kunjung turun pada hari ke-3 sampai ke-7. Di waktu ini, virus bisa terdeteksi, Bunda.

Selain tes antigen, Bunda dapat memastikan kembali dengan tes PCR sebagai standar pasti COVID-19. Namun semenjak Desember 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menentukan tes antigen boleh dilakukan sebagai diagnostik pada anak karena murah dan hasilnya cepat.


Meski begitu, hasil tes antigen hanya akurat bila dilakukan di waktu yang pas, yakni setelah 3 hari demam atau anak kontak langsung dengan orang yang positif.

Berikut ketentuan hasil tes antigen anak:

  1. Bila hasil tes antigen reaktif disertai gejala COVID-19, anak bisa dipastikan positif COVID-19 tanpa harus melakukan tes PCR.

  2. Bila hasil antigen reaktif tapi tidak bergejala, harus dilanjutkan dengan tes PCR untuk memastikan kondisi anak.

Kalau anak sudah ada demam dan bergejala seperti batuk atau pilek, Bunda bisa langsung mengecek dengan tes antigen. Bila sudah mengarah ke COVID-19 dan anak memiliki penyakit komorbid, lebih baik untuk melakukan tes PCR.

Bunda perlu tahu nih, keakuratan tes antigen juga dapat dipengaruhi 3 hal, yakni:

1. Waktu pengambilan sampel

Waktu pengambilan sampel untuk tes antigen yang terbaik adalah pada periode inkubasi, yakni hari ke-3 sampai ke-7.

2. Teknik pengambilan

Teknik pengambilan sampel tes antigen harus benar untuk memastikan Si Kecil terpapar virus atau tidak. Virus COVID-19 banyak menempel di nasofaring atau bagian kerongkongan. Di sinilah sampel harus diambil, bukan di ujung-ujung hidung.

3. Merek antigen

erek antigen juga dapat menentukan hasil tes, Bunda. Hanya beberapa merk tertentu yang sudah terstandardisasi yang mempunyai keakuratan yang baik.

Semoga informasi mengenai cara menangani anak demam ini membantu ya, Bunda. Konsultasikan pada dokter melalui telemedicine dapat menjadi solusi yang bisa dilakukan sebelum membawa Si Kecil ke rumah sakit.

Source: haibunda.com/dr. Jeshika Febi Kusumawati, Sp.A


 

Artikel Lainnya

Moms, Anda sekeluarga senang menonton film di bioskop? Anda juga bisa ajak balita untuk menonton, lho. Menonton bisa jadi rekreasi bagi Si Kecil yang menyenangkan. Selain terhibur, menonton juga memil...

Sulit rasanya fokus menjaga anak saat tulisan SALE yang sangat besar terpampang dengan jelas di depan Bunda. Asyik mencoba-coba sepatu dan tiba-tiba si kecil sudah menarik pajangan di toko. Sibuk meli...

Asam urat pada anak bisa saja terjadi sewaktu-waktu, Moms. Sering diabaikan, karena ini salah satu penyakit yang menyerang orang dewasa pada umumnya. Sebenarnya, gejala asam urat yang dialami an...

Ikan Sebagai Sumber Protein               Sebagai sumber pangan, ikan memiliki kandungan gizi yang sangat baik seperti protein sebagai...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................