Setiap orang mempunyai kepribadian masing-masing yang terdiri dari berbagai karakter. Jika kamu ingin mengetahui karakter-karakter tersebut, kamu bisa melakukannya dengan mengikuti tes kepribadian....
Selasa, 01 Agustus 2023 | 13:59 WIB Penulis :
Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda pasti menginginkan yang terbaik untuk sang buah hati, terutama dalam aspek pendidikan. Tak jarang, masih banyak yang kebingungan ketika memilih metode belajar yang cocok dengan karakter anak. Penggunaan metode atau kurikulum yang tepat akan membantu tumbuh kembang si kecil menjadi lebih optimal.
Salah satu metode pembelajaran yang terkenal adalah Montessori. Apakah Ayah Bunda pernah mendengar istilah ini? Jika belum, kita bahas bersama ya!
Montessori adalah metode pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan potensi individu dengan memberikan kebebasan belajar dan menggunakan peralatan belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Sesuai dengan namanya, metode ini dikembangkan dan diaplikasikan oleh Dr. Maria Montessori pada tahun 1907 di sebuah sekolah untuk anak usia 3-6 tahun di Italia. Seiring berjalannya waktu, Metode Montessori dievaluasi, disempurnakan, dan diaplikasikan ke sekolah-sekolah lain di luar Italia, tak terkecuali Indonesia.
Membantu anak untuk menemukan minat dan bakatnya
Mengembangkan potensi kognitif, emosional, sosial, dan motorik anak secara menyeluruh
Meningkatkan kepercayaan diri, kreatifitas, rasa empati, dan ketertarikan dalam mempelajari hal-hal baru
Dalam metode Montessori, guru dan orang tua memberi kebebasan pada anak untuk menentukan pilihan sendiri dan berkonsentrasi pada aktivitas yang ia sukai. Anak dibiarkan untuk menggali minat dan bakatnya masing-masing. Sebagai orang tua atau guru, tugas Anda adalah mendampingi, memberi fasilitas, dan mendukung anak untuk mencapai tujuannya.
Prinsip Montessori yang kedua adalah membiarkan anak belajar dari lingkungan sekitar secara spontan. Di usia 0 sampai 6 tahun, anak menyerap semua informasi layaknya spons. Mereka mempelajari kosakata, cara bersikap, dan motorik dasar. Fase enam tahun pertama tadi menjadi dasar pembentukan karakter anak. Menurut Dr. Maria Montessori, fase ini dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Tahap Bawah Sadar (0 – 3 tahun)
Pada tahap bawah sadar, anak belajar bergerak dan berbicara tanpa mengetahui tujuannya. Contoh, seorang bayi yang bisa tengkurap atau telentang dengan sendiri tanpa dibantu oleh orang tua. Di tahap ini, anak juga belajar berkomunikasi lewat apa yang ia dengar sehari-hari.
b. Tahap Sadar (3 – 6 tahun)
Menginjak usia 3 sampai 6 tahun, anak mulai menyadari tujuan dari aktivitas yang ia lakukan. Kemampuan menyerap dan mengingat huruf, angka, serta bunyi semakin tajam. Anak akan memilah apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Sebagai orang tua atau guru, Anda harus mengetahui bahwa setiap anak memiliki minat yang berbeda.
Metode Montessori berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak. Oleh sebab itu, ruang kelas atau ruang belajar di rumah perlu diatur sedemikian rupa guna mendukung proses belajar. Anda bisa mengajak anak untuk menentukan warna cat yang ia sukai atau buku yang mereka ingin baca. Peralatan belajar yang tersedia juga harus sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak-anak.
Seperti yang dijelaskan di awal, peran guru dan orang tua pada metode Montessori adalah sebagai fasilitator. Anak diberi kebebasan untuk belajar apapun yang ia sukai dengan alat-alat yang disediakan. Hal ini mendorong anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Tugas guru dan orang tua yaitu menciptakan suasana belajar yang nyaman, memberi dukungan, dan inspirasi agar anak mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Metode Montessori meyakini bahwa anak-anak melewati 5 periode, area, atau tahapan penting untuk tumbuh dan berkembang, yaitu:
a. Keteraturan atau Kecakapan Sehari-hari
Periode ini mencakup kegiatan sehari-hari seperti makan, berpakaian, dan membersihkan diri. Anak-anak belajar melalui pengalaman praktis yang rutin, seperti mencuci tangan, menyisir rambut, memakai sepatu, dan lain sebagainya.
b. Bahasa
Periode Bahasa mengacu pada pengembangan bahasa anak, termasuk belajar berbicara, menulis, dan membaca. Anak-anak belajar melalui kegiatan seperti mengobrol, menulis surat, dan membaca buku.
Fase belajar bicara dimulai dari 7 bulan sampai 3 tahun saat anak meniru suara dan gerakan mulut orang lain. Fase menulis dapat diajarkan sejak usia 3 atau 4 tahun, sedangkan keterampilan membaca bisa diasah ketika anak menginjak usia 4 sampai 5 tahun.
c. Matematika
Periode atau fase Matematika mencakup pengenalan konsep matematika seperti bilangan, ukuran, dan geometri. Anak-anak belajar melalui mainan dan peralatan yang dirancang khusus untuk membantu mereka memahami konsep-konsep ini.
d. Sensorial dan Motorik
Pada area sensorial, anak berusaha memahami dan menyempurnakan fungsi dari 5 panca indera, yaitu melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium.
Sedangkan area motorik dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama saat anak merangkak, berdiri, dan berjalan di usia 0 sampai 2 tahun. Tahap kedua ketika anak mulai memperkuat cengkeramannya dan memegang benda dengan kedua tangannya, seperti bermain ayunan, mendorong kereta mainan, dan sebagainya.
e. Sosial dan Emosional
Periode terakhir dari metode pembelajaran Montessori adalah sosial emosional. Anak-anak belajar tentang diri mereka sendiri, perasaan mereka, dan interaksi dengan orang lain melalui kegiatan seperti bermain, berbicara, dan menyelesaikan masalah. Anak juga menyadari pentingnya etika dalam berinteraksi dengan sesama, seperti meminta maaf saat berbuat salah dan mengucapkan terima kasih.
Source : https://www.altaschool.id/
Setiap orang mempunyai kepribadian masing-masing yang terdiri dari berbagai karakter. Jika kamu ingin mengetahui karakter-karakter tersebut, kamu bisa melakukannya dengan mengikuti tes kepribadian....
Tantangan yang mungkin sering ditemui oleh Bunda adalah bagaimana cara untuk mengelola emosi -terutama emosi negatif-ketika memiliki banyak tuntutan atau tekanan, terutama peran sebagai orang tua, bai...
Masa pandemi tak pelak membuat banyak orang stres, tak terkecuali anak dan remaja. Tak ada aktivitas pergi ke sekolah, tak ada agenda berlibur, atau bermain bersama teman-teman rentan membuat ana...