Apabila Bunda tidak mampu mengurus anak sendirian, memiliki bantuan tambahan dari pengasuh atau baby sitter adalah hal wajar. Namun demikian, kita harus berhati-hati dalam memilih pengasuh. ...
Jumat, 03 Januari 2025 | 13:58 WIB Penulis :
Tangisan palsu seringkali digunakan anak-anak sebagai cara untuk menarik perhatian atau mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Fenomena ini bukan hal yang jarang terjadi, terutama pada anak-anak yang sedang mencari cara untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
Sebagai orangtua, Mama mungkin merasa bingung atau frustasi ketika menghadapi situasi ini.
Namun, penting untuk mengingat bahwa tangisan palsu seringkali mencerminkan kebutuhan atau keinginan tertentu yang belum bisa mereka ungkapkan dengan baik.
Dengan pendekatan yang tepat, Mama dapat membantu anak memahami cara berkomunikasi secara lebih sehat.
Ketika anak memalsukan tangisan, penting untuk tetap tenang. Jangan langsung bereaksi dengan marah atau menunjukkan rasa bersalah.
Reaksi emosional berlebihan dari orang tua dapat memperkuat kebiasaan tersebut, karena anak merasa tangisan palsunya efektif.
Tunjukkan sikap yang terkendali, sehingga anak memahami bahwa tangisan tersebut tidak akan membuat Mama menyerah.
Dengan bersikap tenang, Mama memberikan contoh kepada anak tentang cara mengelola emosi dengan baik dan tidak memberikan ruang bagi perilaku manipulatif untuk berkembang lebih jauh.
Cobalah memahami penyebab anak memalsukan tangisannya. Apakah mereka ingin perhatian lebih, menghindari konsekuensi, atau mencoba mendapatkan sesuatu?
Dengan mengetahui alasan di balik perilaku ini, Mama dapat merespon dengan cara yang lebih efektif.
Misalnya, jika anak mencari perhatian, pastikan Mama menyediakan waktu khusus untuk mereka.
Jika mereka berusaha menghindari tugas, bantu mereka menyelesaikannya dengan cara yang menyenangkan.
Pemahaman yang mendalam akan membantu Mama menangani masalah dengan cara yang lebih solutif dan mendukung perkembangan emosional anak.
Dorong anak untuk berbicara secara jujur tentang perasaan mereka. Katakan bahwa Mama lebih menghargai kejujuran daripada perilaku manipulatif seperti tangisan palsu.
Berikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan atau butuhkan tanpa rasa takut dihakimi.
Misalnya, tanyakan dengan lembut, “Apa yang sebenarnya kamu rasakan?” atau “Kenapa kamu merasa perlu menangis seperti itu?”
Dengan memberikan ruang untuk dialog yang terbuka, anak akan belajar mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat dan jujur.
Anak seringkali menggunakan tangisan palsu untuk mendapatkan perhatian.
Sebagai orangtua, pastikan Mama memberikan perhatian lebih pada perilaku positif mereka.
Misalnya, berikan pujian ketika mereka berperilaku jujur atau menyelesaikan tugas dengan baik.
Hal ini akan membuat anak memahami bahwa mereka tidak perlu memalsukan tangisan untuk mendapatkan perhatian.
Perhatian positif yang konsisten akan membantu mengurangi kebiasaan manipulatif dan mendorong anak untuk bertindak dengan cara yang lebih konstruktif.
Jika anak terus memalsukan tangisannya, penting untuk menetapkan batasan dengan cara yang lembut namun tegas.
Sampaikan kepada anak bahwa perilaku tersebut tidak akan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Misalnya, Mama bisa mengatakan, “Mama tahu kamu ingin sesuatu, tapi menangis seperti itu tidak akan membantu. Coba katakan apa yang kamu inginkan dengan cara yang baik.”
Dengan cara ini, anak belajar bahwa ada cara yang lebih efektif dan diterima untuk mengungkapkan kebutuhan mereka.
Ajarkan anak bahwa merasakan emosi seperti sedih atau frustasi adalah hal yang normal, tetapi penting untuk mengungkapkannya dengan cara yang benar.
Mama bisa memberi contoh bagaimana berbicara tentang perasaan dengan cara yang jelas dan tenang.
Misalnya, jika mereka marah, ajari mereka mengatakan, “Aku merasa kesal karena...” daripada menggunakan tangisan palsu.
Dengan memberikan panduan yang konkret, anak akan belajar bahwa mereka dapat berbicara secara jujur tanpa harus menggunakan manipulasi emosional.
Tinjau kembali pola asuh yang Mama terapkan. Apakah ada kebiasaan yang secara tidak sengaja mendorong anak untuk memalsukan tangisan?
Misalnya, memberikan apa yang mereka inginkan setiap kali mereka menangis dapat membuat mereka berpikir bahwa tangisan adalah alat yang efektif.
Jika demikian, mulailah membuat perubahan kecil, seperti hanya merespons ketika mereka berbicara dengan jujur.
Dengan mengevaluasi pola asuh, Mama dapat menciptakan lingkungan yang mendorong kejujuran dan perilaku positif.
Demikian tips menghadapi anak yang suka nangis bohongan.
Semoga bermanfaat ya, Mom.
Source: popmama.com
Apabila Bunda tidak mampu mengurus anak sendirian, memiliki bantuan tambahan dari pengasuh atau baby sitter adalah hal wajar. Namun demikian, kita harus berhati-hati dalam memilih pengasuh. ...
Tidak seperti saat masih bayi, anak yang sudah memasuki usia 1 tahun sudah tidak banyak tidur lagi. Ia akan lebih banyak bangun untuk belajar dan beraktivitas. Meski begitu, anak usia balita juga masi...
Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Tubuh butuh meningkatkan suhu badan untuk membunuh kuman. Dalam banyak khasus, demam sebenarnya tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendi...
Daging sapi, daging ayam, dan ikan merupakan sumber protein yang lebih dikenal banyak orang tua. Padahal, senyawa protein bisa juga Bunda temukan dalam tumbuh-tumbuhan, yang disebut sebagai protein na...
WhatsApp ×