Tidak mudah untuk mengakhiri rengekannya ketika Moms akan pergi. Belum lagi ketika di perjalanan atau sedang bekerja, Moms akan selalu memikirkan ia sedang mencari-cari Moms. Ketika anak sudah besa...
Selasa, 16 Agustus 2016 | 13:28 WIB Penulis : Erni Wulandari
Di Indonesia, kasus cacar air (chicken pox) biasanya sering muncul pada musim pancaroba, atau peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus varicella–zoster dan bisa menyerang semua umur, tetapi paling banyak menyerang anak-anak berusia antara 5-9 tahun. Meski dikategorikan sebagai penyakit ringan, cacar air amat menular dan bisa sangat mengganggu penderitanya. Dengan perawatan yang tepat, cacar air bisa dikendalikan, sehingga tidak sampai menyebar ke seluruh tubuh.
Kekuatan imunitas tubuh anak amat menentukan intensitas gejala yang diderita. Umumnya cacar air diawali demam dan sakit kepala selama 1-3 hari. Setelahnya baru muncul bintik-bintik merah pada kulit berukuran kecil di sekitar dada, perut atau punggung, hingga akhirnya di sekujur tubuh. Bintik merah ini kemudian berubah menjadi bintil berisi cairan dengan dinding tipis. Bintil terasa nyeri dan gatal sehingga seringkali tergaruk tanpa sengaja. Lama-kelamaan, bintil akan mengering dan kemudian membentuk keropeng yang bisa terlepas dengan sendirinya dalam waktu 1-3 minggu. Bila daya tahan tubuh si kecil lemah, penyakit cacar air bisa menimbulkan komplikasi, di antaranya dapat menyerang sistem saraf pusat, paru-paru, telinga bagian tengah, dan menimbulkan infeksi kulit yang parah.
Penularan virus cacar air bisa melalui kontak langsung dengan cairan yang keluar dari bintil cacar air. Penularan virus juga terjadi lewat droplet yang keluar kala bersin, batuk, dan berbicara, dengan masa inkubasi: 5-10 hari, tergantung pada kekebalan tubuh anak.
Karena disebabkan oleh virus, cacar air bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk meredam gejala yang muncul, kemungkinan dokter akan memberikan antihistamin untuk mengurangi gatal, antivirus untuk membantu tubuh memerangi virus, serta suplemen untuk menguatkan sistem imunitas tubuh. Obat berupa parasetamol ataupun asetaminofen juga berguna untuk membantu meredakan demam. Asupan antibiotik diperlukan apabila terjadi infeksi kulit akibat bakteri. Selebihnya, Anda bisa membantu menguatkan daya tahan tubuh anak dengan cara memintanya beristirahat dan mengonsumsi makanan bergizi. Berikan pakaian yang ringan dan nyaman untuk menghindari gesekan dengan ruam. Ingatkan pula anak untuk tidak menggaruk dan menggosok kulitnya.
Sumber : Parenting
Tidak mudah untuk mengakhiri rengekannya ketika Moms akan pergi. Belum lagi ketika di perjalanan atau sedang bekerja, Moms akan selalu memikirkan ia sedang mencari-cari Moms. Ketika anak sudah besa...
Jakarta - Baby blues dan depresi postpartum atau depresi setelah melahirkan sekilas seperti mirip, Bunda. Namun rupanya, dua kondisi ini sangat berbeda. Simak penjelasan pakar...
Ruam merah yang timbul pada kulit anak seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua. Ruam dapat disertai dengan demam atau tidak. Ruam yang tidak disertai dengan demam paling sering disebabkan o...
Masalah Tidur Balita Sering Terjadi Si Kecil tak juga mau tidur siang atau terbangun mengajak bermain tengah malam? Jangan resah, kondisi ini memang seringkali terjadi pada balita. Tak usah bingung...