Alasan di Balik Anak Dua Tahun Suka Tantrum Tanpa Alasan

Rabu, 20 Februari 2019 | 09:18 WIB Penulis : Erni Wulandari


Memasuki usia dua tahun, banyak orang tua berharap anaknya terlihat menggemaskan. Namun kenyataannya, anak-anak kadang bertingkah tidak sesuai harapan. Mereka jadi mudah tantrum dalam berbagai kondisi. Salah sedikit bisa membuat mereka nangis hingga berteriak. Kadang, sampai bikin kewalahan kalau di tempat umum mereka gulung-gulung di lantai. Hmm, memang tidak mudah ya, Moms, menghadapi situasi tersebut. Harus sabar menghadapi emosional anak yang naik-turun seperti itu.

Perubahan suasana hati, merupakan hal normal dialami anak usia dua tahun. Melansir Healthychildren, disebutkan bahwa pada usia dua tahun, anak-anak ingin mengeksplorasi berbagai hal dan bertualang, Moms. Mereka akan cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya, untuk mencoba berbagai hal di sekitarnya. Sayangnya, dalam usia tersebut memang anak masih belum bisa melakukan semuanya sendiri. Termasuk keterbatasan bahasa, untuk mengekspresikan keinginan mereka yang sebenarnya. Sebab itu, anak membutuhkan kehadiran Mommy untuk melindunginya. 

Coba ingat-ingat deh, Moms, misalnya saja ketika si anak sedang asyik main puzzle tapi mereka tidak sukses menyelesaikannya, biasanya anak akan cenderung marah dan menangis kan? Tak jarang, anak juga kerap memukul, menggigit, atau menendang orang di sekitarnya. Mommy, tidak perlu terkejut ya. Pada saat anak berusia dua tahun, belum memiliki banyak kendali atas emosinya. Sehingga kemarahan cenderung meledak tiba-tiba dalam bentuk menangis, memukul, atau menjerit. Hal itu merupakan satu-satunya cara si kecil dalam menghadapi realita yang sulit diterimanya. 

"Pada saat anak berusia 2 tahun, dia mengalami berbagai macam emosi,"kata Robert Marvin PhD, seorang profesor psikiatri anak di University of Virginia, di Charlottesville.  Kematangan emosional anak dua tahun memang tidak seperti anak-anak yang lebih besar. Pasalnya, anak dua tahun baru saja mulai mengembangkan keterampilan kognitif untuk memahami perasaannya, dan berusaha mengendalikannya. Pada usia ini, seorang anak mengambil langkah pertamanya menuju kemandirian. Prestasinya sendiri menjadi sumber kebahagiaannya yang begitu besar. Tak mengherankan, ketika mereka sukses menyelesaikan aktivitas baru seperti menggambar dengan krayon, akan menimbulkan rasa bangga pada dirinya. Sebaliknya, ketika aktivitas tersebut tidak dilewati dengan mulus, anak cenderung menampilkan ketidakpuasannya. Misalnya dengan kemarahan atau menangis sejadi-jadinya.

Ini merupakan tantangan yang tidak mudah, membantu mereka mencapai kemandirian sambil serta mengelola emosinya, terutama yang negatif. "Karena perasaan anak berusia dua tahun datang dan pergi begitu cepat, orang tua terkadang meremehkan kekuatan mereka,"kata Susanne Denham, PhD, seorang psikolog di George Mason University, di Fairfax, Virginia, seperti dikutip dari laman Parents.

Untuk menghadapi situasi tersebut, Mommy dapat melakukan beberapa cara sederhana. Salah satunya, membicarakan tentang perasaan si kecil. Ini akan menjadi pengalihan yang efektif, untuk mencegah ledakan emosi anak terjadi. Meski kosa katanya masih terbatas, Mommy dapat mengajarinya untuk meluapkan perasaannya dengan kalimat tertentu. Misalnya dengan mengatakan, "Itu pasti akan membuat kamu marah" atau "Kamu terlihat sedih sekarang". Walau terbilang sederhana, hal ini dapat membantu anak menyadari bahwa ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan isi pikiran mereka. Pada akhirnya, Moms, ini akan membuatnya mengerti bahwa perasaan seperti itu sangat normal.

"Jika setiap kali balita melempar potongan puzzle dengan kemarahan, orang tua dapat berkata, 'Wow, kamu benar-benar marah'. Seiring waktu, anak akan belajar mengasosiasikan perasaan itu dengan sebuah kata," kata Claire Lerner, L.C.S.W,development specialist di Zero to Three, The National Center for Infants, Toddlers & Parents, di Washington D.C.

 

Bagaimana Moms, sudah terbayang kan bagaimana mengatasi kemarahan si kecil di rumah? Selamat mencoba ya!

 

 

 

 

Sumber : haibunda

Artikel Lainnya

Di era sekarang dengan teknologi yang sudah semakin canggih membuat Si Kecil mudah bermain menggunakan gadget mereka. Apalagi untuk Moms yang telah memberikan gadget, sehingga mempermudah ak...

Tak ada yang bisa menggantikan peran pentingnya orangtua dalam kehidupan anak. Baik peran orangtua dalam kesehatan anak, peran orangtua dalam pendidikan anak, dan lain sebagainya. Dalam artikel ini...

Siapa bilang mainan anak hanya bisa dipakai untuk bermain? Mainan anak ternyata bisa membantu tumbuh kembangnya juga. Mainan bisa membantu perkembangan tiga hal di dalam diri anak. Pertama adalah perk...

Ternyata sebanyak 42% balita usia 12-35 bulan menolak waktu tidur dan 35% terbangun atau menangis ditengah tidurnya. Demikian hasil riset Departemen Psikologi Universitas Central michigan, Mount pleas...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................