Seorang ibu sudah banyak diakui sebagai sosok yang tangguh dan kuat. Bukti pertama adalah perjuangan antara hidup dan mati ketika melahirkan buah hati. Meski lebih menonjolkan sisi perasaan dan mudah ...
Kamis, 01 Oktober 2020 | 11:56 WIB Penulis :
Ditulis oleh: Lariza Puteri
Beberapa waktu terakhir ini, ada beberapa teman saya yang anaknya didiagnosa ADHD. Kok, (sepertinya) semakin banyak ya anak dengan ADHD ini.
Beberapa waktu lalu, seorang teman mengeluhkan perilaku anaknya yang luar biasa aktif sehingga sulit untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Awalnya anak teman saya itu ‘dicap’ sebagai anak yang nakal. Guru di sekolah pun akhirnya menyarankan teman saya untuk memeriksakan anaknya ke dokter. Setelah berkonsultasi ke dokter dan psikolog, ternyata anak teman sayadinyatakan mengidap ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Meski sudah sering mendengar ADHD, satu poin yang membuat saya penasaran adalah, saya merasa kayaknya semakin banyak anak yang memiliki ADHD. Berdasarkan penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dalam 6 tahun terakhir ini, jumlah anak dengan ADHD meningkat sebanyak 15 persen. Di seluruh dunia ada 6,4 juta anak yang mengalami ADHD.
Obrolan saya dengan psikolog klinis dari Siloam Hospitals Simatupang, ibu Ayuningtyas, MPsi akhirnya memberikan gambaran yang lebih luas. Meskipun, penyebab utama atau penyebab pasti ADHD ternyata belum juga ditemukan.
Menurut ibu Ayu, ada beberapa dugaan yang menjadi penyebab meningkatnya jumlah anak dengan ADHD, yaitu:
1. Salah diagnosa
Sebelumnya, banyak anak ADHD namun tidak terdeteksi. Mereka seringkali dilabeli sebagai anak yang nakal. Padahal bisa jadi mereka memang memiliki gangguan ADHD. Sebaliknya, banyak juga anak yang sebenarnya hanya terlalu aktif dan banyak bertanya, tapi didiagnosa sebagai ADHD. Padahal, untuk mendiagnosa apakah seorang anak memiliki kelainan ADHD atau tidak, diperlukan sejumlah observasi. “Makanya untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, biasanya hanya dicurigai mengalami ADHD. Karena pada anak balita, gejala ADHD seperti hiperaktif adalah hal biasa yang dialami di masa tumbuh kembangnya. Kita tidak bisa hanya melihat perilaku anak sehari-hari kemudian langsung menyatakan anak tersebut mengalami ADHD,” papar bu Ayu.
2. Semakin sedikit anak yang bermain di luar
Menurut Journal of Biological Psychiatry, jumlah anak dengan ADHD meningkat karena semakin sedikit anak yang bermain di luar ruangan. Terutama pada anak-anak yang memang memiliki riwayat keluarga dengan ADHD. Anak dengan ADHD akan lebih baik bila main di luar. Bila mereka terlalu banyak main di dalam ruangan, mereka tidak akan terfasilitasi, sehingga ADHD lebih mudah tercetus.
3. Overstimulasi
Stimulasi memang penting, tapi kalau berlebihan bisa saja bablas dan menjadikan anak hiperaktif. Namun, overstimulasi ini juga seringkali menimbulkan salah diagnosa. Anak yang mengalami hiperaktif karena overstimulasi, sering dianggap sebagai anak dengan gangguan ADHD. Padahal, ada banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi hiperaktif. Hiperaktif pada anak dengan ADHD dan hiperaktif pada anak yang tidak memiliki ADHD juga berbeda. Anak dengan ADHD, aktivitas yang mereka lakukan tidak memiliki tujuan dan mereka bergerak tanpa kenal lelah.
4. Gangguan senyawa kimia di otak
Hal ini seringkali dikaitkan dengan gaya hidup ibu dari masa prakonsepsi, bahkan sejak calon ibu belum menikah hingga masa kehamilan. Ditambah lagi meningkatnya polusi dan radikal bebas, yang dicurigai dapat mengganggu senyawa kimia di otak anak. Namun, bu Ayu menegaskan bahwa hingga kini belum ada penelitian yang memastikan hal ini menjadi penyebab pasti munculnya ADHD.
5. Banyak orang tua yang tidak menyadari
Salah satu hal yang banyak dicurigai sebagai penyebab ADHD adalah genetik. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak terdeteksi mengalami ADHD. Sehingga mereka tidak mewaspadai menurunnya ADHD pada anak mereka. Bahkan banyak orang tua yang baru menyadari mereka memiliki ADHD setelah anaknya didiagnosa ADHD. Maka, penting para orangtua untuk lebih peka terhadap setiap perilaku anak. Bila perilaku anak berbeda dengan teman sebayanya, sulit untuk duduk diam dan berkonsentrasi meski hanya sebentar, orang tua perlu memeriksakan anaknya ke dokter atau psikolog. Semakin cepat ADHD terdeteksi maka anak dapat segera ditangani.
Penyebab di atas hanya sebatas dugaan. Sulit menentukan penyebab ADHD yang pasti. Dan, ternyata hiperaktivitas, bukanlah satu-satunya gejala ADHD. Gejala lain adalah kesulitan untuk memusatkan perhatian dan berkonsentrasi. Anak dengan gejala ini akan terkesan tidak mendengarkan bila diajak bicara. Selain itu ada juga impulsivitas, yaitu anak akan sering memaksakan kehendaknya pada orang lain, melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, dan berbuat onar.
Yang penting, sebagai orangtua, kita harus selalu peka dan waspada terhadap setiap perkembangan dan perilaku anak.
Source: parentstory
Seorang ibu sudah banyak diakui sebagai sosok yang tangguh dan kuat. Bukti pertama adalah perjuangan antara hidup dan mati ketika melahirkan buah hati. Meski lebih menonjolkan sisi perasaan dan mudah ...
Menyaksikan balita Anda memukul saudaranya atau kawannya mungkin membuat Moms mempertanyakan kemampuan parenting Anda. Anda merasa tidak pernah mengajarkannya untuk memukul, entah bagaimana Si Kecil b...
Banyak orangtua yang menerapkan begitu banyak aturan agar si kecil berperilaku baik. Namun, sebuah penelitian justru berkata lain. Dua perguruan tinggi di New Zealand mengungkapkan bahwa anak ber...
Persahabatan memang menjadi bagian penting dalam hidup kita sebagai makhluk sosial. Kita semua tahu bahwa tak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa orang lain. Menjalin persahabatan juga sangat pentin...